Wednesday, July 3, 2013

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DENGAN KASUS METRITIS



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan wanita. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium pada tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu di mana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai tiga per empat (¾)  risiko jumlah kematian ibu. Survei yang dilakukan terhadap angka kematian ibu telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu. Namun demikian, upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa ada 500.000 kematian ibu melahirkan di seluruh dunia setiap tahunnya, 99 persen diantaranya terjadi di negara berkembang. Diperkirakan bahwa hampir satu orang ibu setiap menit meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Angka kematian maternal di negara berkembang diperkirakan mencapai 100 sampai 1000 lebih per 100.000 kelahiran hidup, sedang di negara maju berkisar antara tujuh sampai 15 per 100.000 kelahiran hidup. Ini berarti bahwa di negara berkembang risiko kematian maternal satu diantara 29 persalinan sedangkan di negara maju satu diantara 29.000 persalinan.
Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 aki indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup.
Faktor langsung penyebab tingginya angka kematian ibu  adalah perdarahan (45%), terutama perdarahan post partum. Selain itu adalah keracunan kehamilan (24%), infeksi (11%), dan partus lama/macet (7%). Komplikasi obstetrik umumnya terjadi pada waktu persalinan, yang waktunya pendek yaitu sekitar 8 jam. Menurut WHO (2000), 81% AKI akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25% selama masa post partum.
Pada wanita terdapat hubungan dari dunia luar dengan rongga peritonum melalui vulva, vagina, uterus dan tuba fallopii. Untuk mencegah terjadinya infeksi dari luar dan untuk menjaga jangan sampai infeksi meluas, masing-masing alat traktus genitalis memiliki mekanisme pertahanan.
Radang atau infeksi pada alat-alat genetalia dapat timbul secara akut dengan akibat meninggalnya penderita, atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas, atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit akur juga bisa menjadi menahun, atau penyakit dari permulaan sudah menahun.
Infeksi pada uterus menjalar ke tuba Fallopii dan rongga peritonium melalui 2 jalan. Pada gonorhea penyakit menjalar dari endometrium, sedang ginfeksi puerperal kuman-kuman dari uterus melalui darah dan limfe menuju parametrium, tuba, ovarium dan rongga peritonium.
Metritis merupakan salah satu infeksi pada masa pospartum di mana angka kematian ibu akibat infeksi sejumlah 11 % adalah termasuk oleh kematian yang disebabkan oleh metritis.
Metritis bukanlah hal yang tidak dapat dicegah. Pencegahan pun dapat dilakukan sebelum persalinan. Oleh karena itu dibutuhkan petugas kesehatan yang kompeten di bidangnya, memberikan asuhan sesuai protab, memperhatikan terknik pencegahan infeksi, dan sebagainya.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas tentang asuhan kebidanan nifas dengan kasus metritis yaitu kelanjutan dari penyakit endometritis di mana bidan harus mengetahui tanda dan gejala apa saja yang terjadi pada penyakit metritis sehingga dapat memberikan diagnosa secara tepat dan menindaklanjuti kasus dengan sesegera mungkin melakukan rujukan ke dokter spesialis.
2.      Masalah
Masalah yang diangkat dalam makalah ini yaitu bagaimanakah asuhan kebidanan nifas dengan kasus metritis ?
3.      Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan asuhan kebidanan nifas dengan kasus metritis
4.      Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan kebidanan nifas dengan kasus metritis
2.      Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan kebidanan nifas dengan kasus metritis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.      Pengertian Miometriosis
Metritis (miometriosis) adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Penyakit ini tidak berdiri sendiri tetapi merupakan lanjutan dari endometritis, sehingga gejala dan terapinya seperti endometritis.
Infeksi masa nifas adalah semua peradanngan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat- alat genital pada waktu persalinan dan nifas.  Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas ( TT Fat, 2011, 304).
2.      Etiologi
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan, seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh), dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50%  adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman- kuman masuk ke dalam endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keping-keping nekrotis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas leukosit – leukosit. Pada infeksi yang lebih berat, batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjelaran.
Faktor resiko untuk terjadinya infeksi masa nifas sangat bervariasi pada umumnya dibagi menjadi faktor yang berkaitan dengan:
a.       Faktor status sosial ekonomi
Penderita dengan status sosial ekonomi yang rendah mempunyai risiko timbulnya infeksi nifas jika dibandingkan dengan penderita dengan kelas sosial ekonomi menengah atau tinggi. Hal ini berhubungan dengan keadaan gizi yang rendah, anemia, perawatan antenatal yang tidak adekuat, dan lain-lain.
b.      Faktor proses persalinan
Proses persalinan sangat mempengaruhi risiko timbulnya infeksi nifas, di antaranya adalah partus lama, tertinggalnya sisa-sisa plasenta/ selaput ketuban, dan perdarahan yang terjadi.
c.       Faktor tindakan persalinan
Tindakan persalinan merupakan salah satu faktor risiko penting untuk terjadinya infeksi nifas.
3.      Bakteriologi      
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah.
a.       Streptococcus haemoliticus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, dan sebagainya.
b.      Staphylococcus aureus
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.
c.       Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas.
d.      Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
4.      Gejala dan Tanda
Gejala dan tanda metritis yaitu.
a.       Demam menggigil
b.      Nyeri di bawah perut
c.       Lochia berbau dan bernanah
d.      Nyeri tekan uterus
e.       Perdarahan pervaginam
f.       Syok
5.      Klasifikasi
Metritis digolongkan menjadi dua yaitu.
a.       Metritis Akuta
Metritis Akuta biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum. Penyakit ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas. Kerokan pada wanita dengan endometrium yang meradang (endometritis) dapat menimbulkan metritis akut. Pada penyakit ini miometrium menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan dan infiltrasi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat trombofeblitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses.
b.       Metritis kronik
Metritis kronik adalah diagnosis yang dahulu banyak dibuat atas dasar menometroragia dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit pinggang dan leukorea. Akan tetapi pembesaran uterus pada seorang multipara umumnya disebabkan oleh pertambahan jaringan ikat akibat kehamilan. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis, syok septik, dispareunia, trombosis vena yang dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvik yang menahun, penyumbatan tuba dan infertilitas.
6.      Cara Terjadinya Infeksi
Cara terjadinya infeksi metritis yaitu.
a.       Manipulasi penolong yang tidak suci hama, atau pemeriksaan dalam yang berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada ke dalam rongga rahim.
b.      Alat-alat yang tidak suci hama.
c.       Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat terkena infeksi kontaminasi yang berasal dari hidung, tenggorokan dari penolong dan pembantunya atau orang lain
7.      Faktor Predisposisi Infeksi Masa Nifas
Faktor predisposisi infeksi masa nifas yaitu.
a.       Partus lama, partus terlantar, dan ketuban pecah lama.
b.      Tindakan obstetri operatif baik pervaginam maupun perabdominal.
c.       Tertinggalnya sisa-sisa uri, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim.
d.      Keadaan-keadaan yang menurunkan daya tahan seperti perdarahan, kelelahan, malnutrisi, preeklamsi, eklamsi dan penyakit ibu lainnya (jantung, tuberkulosis paru, pneumonia dan lain-lain).
8.      Penanganan
Penanganan yang dapat dilakukan yaitu.
a.       Berikan transfusi darah jika dibutuhkan (packet red cell)
b.      Berikan antibiotik spektrum luas dalam dosis yang tinggi
c.       Pertimbangakan pemberian anti tetanus profilaksis
d.      Bila dicurigai adanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran ( digital atau dengan kuret tumpul besar)
e.       Bila ada pus, lakukan drainase (kalau perlu kalpotomi), ibu dalam posisi flower
f.       Bila tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada tanda peritonitis generalisata, lakukan laparotomi dan keluarkan pus. Bila pada uterus nekrotik dan septik lakukan histerektomi subtotal.
9.      Pencegahan
9.1.Masa kehamilan
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan, serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita oleh ibu. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula pada koitus ibu hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan di lakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
9.2.Masa persalinan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada masa persalinan yaitu.
a.       Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
b.      Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
c.       Jagalah sterilitas kamar bersalian dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
d.      Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
e.       Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan transfusi darah
9.3  Selama nifas
Pencegahan infeksi selama nifas antara lain:
a.       Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.
b.      Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama.
c.       Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu nifas yang sehat.
d.      Membatasi tamu yang berkunjung.



BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan
Infeksi masa nifas adalah semua peradanngan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat- alat genital pada waktu persalinan dan nifas.  Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas
Metritis (miometriosis) adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Penyakit ini tidak berdiri sendiri tetapi merupakan lanjutan dari endometritis, sehingga gejala dan terapinya seperti endometritis.
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan, seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh), dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50%  adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
B.     Saran
Metritis merupakan salah satu hal yang saat ini mendapat perhatian yang begitu besar. Oleh karena itu, diharapkan seluruh pihak memberikan kontribusinya dalam merespon kasus kegawatdaruratan ini. Bagi mahasiswa, sudah seyogyanya memberikan peran dengan mempelajari dengan sungguh-sunggu kasus-kasus kegawatadaruratan dan memaksimalkan keterampilan dalam melakukan penanganan kegawatdaruratan yang berada dalam koridor wewenang bidan. Penting pula dapat menuliskan pendokumentasian dengan format yang telah umum digunakan sesuai dengan asuhan apa yang telah diberikan, terapi pengobatan, respon pasien dan keluarga, dan lain sebagainya.

BAB IV
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PATOLOGIS DENGAN METRITIS
PADA NY. P. DI RUANG NIFAS PUSKESMAS KANDAI
TANGGAL 21 JANUARI 2013
No. Medrec                :
Tanggal masuk/           : 21 – 02 - 2013
Jam masuk                  : 10.10 wita
Tanggal pengkajian/    : 21 – 02 - 2013
Jam pengkajian           : 10.30 wita
Diagnosa                     : P1A0 dengan
                                      gejala metritis
Nama pengkaji            :
LANGKAH   I           IDENTIFIKASI DATA DASAR
A.    IDENTITAS ISTRI / SUAMI
Nama                  :  Ny.”Y”              / Tn”R”
Umur                  :  20 tahun            / 30 tahun
Agama                :  Islam                 / Islam
Suku                   :  Jawa                  / Bugis
Pendidikan         :  SMP                  / SMA
Pekerjaan            :  IRT                    / wiraswasta
Lama menikah    :  ± 1 tahun
Alamat               :  Jl. Gunung Keor, RT.02/ RW. 01, Kelurahan Jati Mekar
B.     DATA BILOGIS
1.      Keluhan utama
Ibu datang ke Puskesmas Kandai dengan keluhan sudah dua hari panas badan dingin, nyeri perut bagian bawah, pagi ini keluar darah kotor dari vagina bau busuk seperti nanah. Ibu melahirkan pada tanggal 17 Februari 2013, perdarahan normal, ibu melahirkan di rumah ditolong oleh bidan
1.      Riwayat keluhan utama
a.       Mulai timbul          : pasca persalinan, tanggal 19 Februari 2013
b.      Sifat keluhan         : hilang timbul
c.       Lokasi keluhan      : perut bagian bawah
d.      Pengaruh keluhan terhadap fungsi tubuh    : sangat mengganggu
e.       Usaha klien untuk mengatasi keluhan         : berbaring di tempat tidur
2.      Riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang
a.       Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menular seperti AIDS, PMS, hepatitis, TBC, dan juga penyakit keturunan seperti asma, Diabetes mellitus, jantung, dan hipertensi.
b.      Ibu mengatakan tidak ada riwayat transfusi darah, opname, dan operasi.
c.       Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi atau memiliki pantangan terhadap makanan atau obat-obatan tertentu.
d.      Ibu mengatakan tidak ada riwayat ketergantungan terhadap obat-obatan dan alkohol.
3.      Riwayat kesehatan keluarga
a.       Ibu mengatakan baik dari pihak ibu maupun ayah tidak ada riwayat penyakit menular seperti TBC, AIDS, hepatitis, PMS.
b.      Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti Diabetes mellitus, hipertensi, asma, dan jantung.
4.      Riwayata reproduksi
a.       Riwayat haid
1)      Menarche           :    13 tahun
2)      Siklus haid         :    28 – 30 hari
3)      Lamanya                 :          5 – 7 hari
4)      Banyaknya         :    3 – 4 kali ganti pembalut/ hari
5)      Perlangsungan    :    normal, teratur
6)      Kelainan haid     :    tidak ada
b.      Riwayat obstetrik
Riwayat persalinan sekarang
1)      P1A0
2)      Ibu melahirkan tanggal 17 Februari 2013 , pukul 16.45 wita.
3)      Jenis persalinan         : normal, spontan, letak kepala belakang
4)      Penolong                   : bidan
5)      Tempat persalinan     : ruang besalin Puskesmas Kandai
6)      Perdarahan                : ± 250 cc
7)      Kontraksi uterus        : baik, teraba keras dan bundar
8)      Plasenta lahir lengkap dan selaput utuh.
9)      Proses persalinan
1.      Lama kala I       :  ± 15 jam ( pukul 01.00 – 16.00 wita )
2.      Lama kala II     :  ± 20 menit ( pukul 16.00 – 16.40 wita )
3.      Lama kala III    :  ± 5 menit ( pukul 16.40 – 16. 45 wita )
4.      Lama kala IV    :  ± 2 jam ( pukul 16.45 – 18.45 wita )
10)   Bayi lahir dengan j           enis kelamin perempuan (♀)/ berat badan ( BB) 3500 gram, panjang badan ( PB ) 48 cm, apgar score 8/9 dan ASI (+) / bayi menyusu dengan baik.
c.       Riwayat ginekologi
Ibu mengatakan tidak ada riwayat infertilitas, tumor, operasi, atau penyakit lainnya.
d.      Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun.
5.      Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar
a.       Pola nutrisi
1)      Kebiasaaan
a)      Frekuensi makan           : 3 – 4 kali/ hari
b)      Frekuensi minum          : 6 – 8 kali/ hari, banyaknya 6-8 gelas/ hari
c)      Pantangan makanan      : tidak ada
2)      Pasca persalinan                   
a)      Frekuensi makan           : 2 – 3 kali sehari
b)      Frekuensi minum          : 5 – 7 gelas sehari
b.      Pola eliminasi
1)      Kebiasaan
BAK
a)      Frekuensi          :    3 – 4 kali / hari
b)      Warna               :    kuning jernih
c)      Bau                   :    khas amoniak
d)     Masa lah            :    tidak ada
BAB      
a)      Frekuensi          :    1 – 2 kali / hari
b)      Konsistensi       :    lunak
c)      Masalah            :    tidak ada
2)      Pasca persalinan
BAK
Ibu berkemih 1 kali  pasca persalinan pukul 16.45 wita dengan kateterisasi, volume urin 750 cc.
BAB
Ibu belum BAB sejak pasca persalinan hingga saat pengkajian.
c.       Pola istirahat
1)      Kebiasaan
a)      Malam        :  6 – 8 jam ( pukul 21.00 wita – 05.00 wita)
b)      Siang          :  1-2 jam ( pukul 13.00 – 14.00 wita )
c)      Masalah     :  tidak ada
2)      Pasca persalinan
a)      Malam        :  4 – 5 jam ( pukul 23.00 wita – 04.00 wita)
b)      Siang          :  tidak terpenuhi
c)      Masalah     :  sulit tidur karena nyeri dan demam yang dirasakan
d.      Kebersihan diri
1)      Kebiasaan
a)      Rambut dibersihkan 3 kali seminggu menggunakan sampo
b)      Badan dibersihkan 2 kali sehari menggunakan sabun
c)      Mulut/gigi dibersihkan setelah makan, saat mandi, dan sebelum tidur.
d)     Kuku tangan dibersihkan setiap kali kotor
e)      Pakaian diganti setiap kali mandi dan setiap kali kantor
f)       Genitalia dibersihkan setiap mandi dan setelah BAB atau BAK.
2)      Pasca persalinan
Ibu belum dapat memenuhi kebutuhan kebersihan diri seperti biasa
C.     PENGETAHUAN IBU NIFAS
1.      Pengetahuan tentang pentingnya menjaga kebersihan diri terutama kebersihan organ genitalia
2.      Pengetahuan tentang ASI
a)      Manfaat ASI                      : ibu belum tahu
b)      Teknik menyusui                : ibu belum tahu
c)      ASI eksklusif                      : ibu belum tahu
3.      Pengetahuan tentang kebutuhan perawatan payudara            : ibu belum tahu
4.      Pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan dasar ibu nifas : ibu belum tahu
5.      Pengetahuan tentang perawatan bayi : ibu belum tahu
D.    DATA SOSIAL
1.      Dukungan suami           :    suami ibu senang atas kelahiran bayinya
2.      Dukungan keluarga      :    keluarga senang atas kelahiran bayinya
3.      Masalah                        :    tidak ada
E.     PEMERIKSAAN
1.      Kesadaran                :    composmentis
2.      Berat badan              :    59 kg
3.      Tingggi badan          :    156 cm
4.      LILA                        :    23,5 cm
5.      Tanda- tanda vital
TD                :  90/60 mmHg
N                  :  86 x/menit
S                   :  39,5 ˚ C
P                   :  24 x/menit
6.      Kepala
Rambut panjang, lurus, hitam, tidak rontok, tidak berketombe, tdak berabau, serta tidak ada benjolan.
7.      Wajah
Ekspresi wajah meringis saat nyeri timbul, tidak ada cloasma, dan tidak ada oedema.
8.      Mata
Mata simetris kiri dan kanan, konungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, penglihatan ibu baik/normal. 
9.      Hidung
Hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak ada epitaksis, tidak ada pengeluaran sekret.
10.  Mulut/gigi
Mulut tampak bersih, bibir lembab, tidak ada caries, tidak ada gigi yang tanggal.
11.  Telinga
Telinga simetris kiri dan kanan, daun telinga terbentuk sempurna, tidak ada pengeluaran sekret, dan pendengaran ibu baik/normal.
12.  Leher
Tidak ada pelebaran vena jugularis dan tidak ada pembesaran kelenjari thyroid.
13.  Payudara
Payudara simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol, terjadi hyperpigmentasi areola mammae, tidak ada benjolan, colostrum sudah ada, ASI sudah ada.
14.  Abdomen
Tidak ada bekas operasi, tampak striae livide dan linea nigra, nyeri tekan saat palpasi, TFU teraba 6 jari di bawah pusat.
15.  Genitalia luar
Masih tampak lochea rubra berbau busuk, tidak ada luka episiotomi, tampak luka perineum derajat satu, luka jahitan masih basah, telah dijahit dengan pola interrupterd ( jahitan putus-putus ) sebanyak 6 jahitan, tidak ada oedema, tidak ada varises, dan tidak ada massa atau benjolan.
16.  Anus
Tidak ada homorroid, tidak ada oedema.
17.  Ekstremitas
a.       Tangan
Tangan simetris kiri dan kanan, warna kuku merah muda, tidak ada oedema.
b.      Kaki
Kaki simetris kiri dan kanan, warna kuku merah muda, tidak ada oedema, tidak ada varises, dan refleks patella positif (-).
F.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Hemoglobin        :  10,4 gr %
2.      Leukosit              :  150.00 UI
3.      Golongan darah :  0
G.    OBAT- OBATAN
a.       Vitamin C                                 c. Amoxillin
b.      Sulfat Ferosus                           d. Methylergomethrine
LANGAKAH       II    IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL
                                      DAN KEBUTUHAN
PIA0, post partum 4 hari dengan gejala metritis.
1.      P1A0
Dasar
Data subjektif
a.  Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya tanggal 17 Februari 2013, pukul 16.45 wita, anak hidup.
b. Ibu mengatakan bayi yang dilahirkan adalah anak yang pertama.
c.  Ibu mengatakan tidak pernah mengalami keguguran.
d. TFU teraba 3 jari di bawah pusat
e.  Tampak pengeluaran lochea rubra.
f.  Tampak strie livide dan linea nigra.
Data objektif
a.  TFU teraba 6 jari di bawah pusat
b. Masih terdapat pengeluara lochea merah
c.  Tampak strie livide dan linea nigra.
Analisis dan interpretasi
a.       Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Fundus uteri ± 3 jari dibawah pusat, selama 2 hari berikutnya besarnya tidak seberapa berkurang, tetapi sesudah 2 hari ini uterus mengecil dengan cepat, sehingga pada hari 10 tidak teraba lagi dari luar (Sastrawinata, 1983).
b.      Lochea rubra adalah sekret luka plasenta yang keluar dari vagina yang berwarna merah segar seperti darah haid karena banyak mengandung darah segardari sisi selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, mekonium,pengeluaran segera setelah persalinan sampai dua hari pasca persalinan ( Mochtar, 1999 : 116).
c.       Pada kulit terdapat depisit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh MSH ( Melanophore Stimulating Hormone ). Kulit juga seperti retak, warnanya berubah agak hiperemis dan kebiruan yang disebut striae livide. Setelah partus, striae livide berubah warnanya menjadi putih dan disebut striae albicantes. ( Wiknjosastro, editor. Ilmu Kebidanan edisi ketiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002 : 863 – 875).
2.      Post partum 4 hari
Dasar
Data subjektif
a.       Ibu mengatakan melahirkan bayinya pada tanggal 17 Februari 2013, pukul 16.45 wita.
b.      Ibu mengatakan melahirkan anak yang pertama, anak hidup.
c.       TFU teraba 3 jari di bawah pusat pada dua jam post partum
d.      Tampak pengeluaran lochea rubra pada dua jam post partum
Data objektif
a.       TFU teraba 6 jari di bawah pusat
Analisis dan interpretasi
Dari tanggal 17 Februari 2013 pada pukul 16. 45 saat plasenta lahir sampai dengan tanggal 21 Februari 2013 pukul 10.30 wita saat pengkajian terhitung post partum 4 hari. Pada pemeriksaan fisik teraba TFU 6 jari di bawah pusat karena involusi uteri jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses peristaltik berangsur-angsur akan mengecil.( Mochtar, 1999 : 116).
3.      Masalah                   :
a.       Nyeri tekan saat palpasi abdominal
b.      Lochea berwarna merah berbau busuk seperti nanah
c.       Demam tinggi 39,5 0C
d.      Gangguan psikologis berupa cemas
Dasar
Data subjektif
a.       Ibu mengatakan nyeri pada perut, terutama perut bagian bawah
b.      Ibu mengeluh telah demam 2 hari yang lalu tanggal 19 Februari 2013.
c.       Ibu cemas dengan keadaannya
Data objektif
a.       Ekspresi wajah ibu meringis saat ada nyeri
b.      Tampak pengeluaran lochea berwarna merah berbau busuk seperti nanah
c.       Demam tinggi 39,5 0C
d.      Nyeri tekan pada palpasi abdominal
Analisis interpretasi
Gejala dan tanda metritis yaitu demam menggigil, nyeri di bawah perut,lochia berbau dan bernanah, nyeri tekan uterus, perdarahan pervaginam, syok.
( Nurmiati & Kartini, 2012 : 67)
4.      Kebutuhan
a.       Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
b.      Kolaborasi untuk pemberian terapi dengan dokter
c.       Konseling mengatasi cemas
LANGKAH     III   IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadinya syok hemorargi, abses pelvik peritonitis, syok septik, trombosis vena yang dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvik menahun, dispareunia, penyumbatan tuba dan infertilitas.
Dasar
Data subjektif
a.              Ibu mengatakan nyeri pada perut, terutama perut bagian bawah
b.              Ibu mengeluh telah demam 2 hari yang lalu tanggal 19 Februari 2013.
c.              Ibu cemas dengan keadaannya
Data objektif
a.       Ekspresi wajah ibu meringis saat ada nyeri
b.      Tampak pengeluaran lochea berwarna merah berbau busuk seperti nanah
c.       Demam tinggi 39,5 0C
d.      Syok ( TD : 90/60 mmHg dan denyut nadi 86 kali per menit, lemah)
e.       Nyeri tekan pada palpasi abdominal
f.       Perdarahan
Analisis dan interpretasi
a.       Jika perdarahan terus berlanjut dengan pengeluaran darah yang banyak, maka akan menyebabkan timbulnya syok hemoragi. Syok hemoragik adalah syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak. Akibat perdarahan pada kehamilan muda, perdarahan antepartum,dan perdarahan pasca persalinan.
( Wiknjosastro, Ilmu Kebidanan, 2009, hal 402).
b.      Abses pelvik, peritonitis terjadi karena meluasnya endometritis. Endomotritis, endomiometritis, dan endoparametritis menggunakan terminologi yang sama yaitu metritis. ( TT. Fat, 2011, hal 305).
c.       Endometriosis adalah penemuan yang paling lazim pada kasus infertilitas. Perlekatan perianeksa dapat ditemukan, yang dapat menjauhkan fimbriae dari permukaan ovarium atau menjebak oosit yang dilepaskan.(Cristina, 600-607).
d.      Syok septik terjadi karena infeksi bakteri gram positif, bakteri gram negatif, virus, atau jamur. Syok spetik dapat disebabkan oleh infeksi pasca persalinan.
(wiknjosastro, Ilmu Kebidanan, 2009 : 406 – 407).
e.       Trombosis vena dalam adalah kondisi medis yang ditandai dengan pembentukan gumpalan-gumpalan darah pada vena-vena dalam di dalam tubuh (vena profunda), yang dapat menyumbat baik seluruh maupun sebagian aliran darah yang melalui vena, menyebabkan gangguan sirkulasi darah. Infeksi masa nifas dari endometrium dapat menyebar melalui pembuluh-pembuluh darah. ( Tesno Fat, Obstetri  & Ginekologi, 201l : hal 305).
LANGKAH     IV   EVALUASI PERLUNYA TINDAKAN SEGERA/ KOLABORASI
1.      Tindakan segera
a.  Mengurangi cairan yang hilang
b. Mengganti cairan yang hilang
2.      Kolaborasi
a.  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
b. Menyiapkan rujukan bila sewaktu-waktu diperlukan
LANGKAH  V       RENCANA ASUHAN
1.      Tujuan
1)      Tidak terjadi komplikasi
2)      Tidak terjadi perdarahan.
3)      Memenuhi kebutuhan psikologis ibu dalam mengatasi kecemasan
4)      Memberi pemahaman kepada ibu tentang pemenuhan kebutuhan dasar ibu nifas.
2.      Kriteria keberhasilan
1)      Mengungkapkan adanya reduksi rasa ketidaknyamanan / nyeri.
2)      Pemenuhan kebutuhan dasar ibu nifas dapat dipahami dengan baik oleh ibu dan keluarga.
3)      Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan, dan obat-obatan dapat tercapai
3.      Rencana tindakan
1.      Jelaskan kepada ibu dan keluarga kondisi ibu saat ini
Rasional      : ibu dan keluarga mengetahui kondisi ibu dengan gejala dan
                      tanda yang ibu alami.
2.      Libatkan keluarga untuk melakukan kompres hangat pada ibu.
Rasional      : agar demam ibu dapat sedikit berkurang serta menciptakan
                      dukungan emosional pada ibu.
3.      Observasi keadaan umum ibu dan tanda vital
Rasional      : tanda- tanda vital merupakan salah satu indikator untuk
                      menentukan  prosedur tindakan selanjutnya.
4.      Berikan antibiotik dan obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit
Rasional      : antibiotik dan obat-obatan lainnya mampu mencegah keparahan
                      suatu infeksi serta untuk mengurangi rasa sakit.
5.      Pasang infus.
Rasional      : cairan infus berguna untuk memenuhi kebutuhan cairan ibu.
6.      Anjurkan ibu untuk :
a.       Banyak minum minimal 8 gelas / hari
Rasional       : agar kebutuhan cairan ibu terpenuhi.
b.      Makan dengan diet gizi seimbang dan lunak
Rasional       : agar kebutuhan nutrisi dan serat ibu terpenuhi
c.       Personal hygiene
Rasional       : salah satu manfaat menjaga kebersihan diri adalah untuk mencegah terjadinya infeksi.
d.      Memakai celana dalam longgar dari bahan katun, dan sering mengganti jika basah atau terasa tidak nyaman
Rasional       : agar memberikan ibu sensasi nyaman dan sebagai langkah mencegah berkembangnya kuman atau bakteri penyebab infeksi.
e.       Istirahat yang cukup 7 – 8 jam/hari
Rasional       : agar kebutuhan istirahat ibu terpenuhi dan juga agar proses pemulihan kondisi ibu berlangsung baik dan normal.
7.      Lakukan vulva hygiene
Rasional      :
8.      Persiapkan ibu untuk dirujuk
a.       Beritahu keluarga dan libatkan keluarga
b.      Siapkan surat rujukan
c.       Sediakan obat-obat yang diperlukan selama proses rujukan
1)      Infus
2)      Oksigen
3)      Analgetik
4)      Siapkan kendaraan yang akan di gunakan untuk mengantarkan klien ke tempat rujukan
5)      Siapakan uang untuk kebutuhan administrasi
6)      Bila ada persediaan darah, siapkan darah untuk transfusi
            Rasional : dalam sebuah rujukan harus terdapat
9.      Libatkan keluarga untuk turun merawat dan memberi dukungan terhadap ibu
10.  Jaga dan lanjutkan perawatan dan pengobatan terhadap ibu sesuai dengan prinsip penanganan metritis dan kolaborasi dokter
LANGAKAH  VI   IMPLEMENTASI
Tanggal 21 Februari 2013                                                       Pukul 10.30 Wita
1.      (10.30-10.33)     : Menjelaskan kepada ibu dan keluarga kondisi ibu saat ini
2.      (10.33-10.35)     : Melibatkan keluarga untuk melakukan kompres hangat pada ibu
3.      (10.35-10.40)     : Mengobservasi keadaan umum ibu dan tanda vital
4.      (10.40-10.43)     : Memberikan obat-obatan antibiotik dan obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit.
a.        Ampicilin 2 gr IV setiap 6 jam
b.      Gentamycin 5 mg/kg BB IV tiap 24 jam
c.       Metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam dosis tunggal
5.      (10.43-10.50)     : Memasang infus jika lakukan transfusi darah
6.      (10.50-10.55)     : Menganjurkan ibu untuk :
a.       Banyak minum minimal 8 gelas / hari
b.      Makan dengan diet gizi seimbang dan lunak
c.       Personal hygiene
d.      Memakai celana dalam longgar dari bahan katun
e.       Istirahat yang cukup 7 – 8 jam/hari
f.       Lakukan vulva hygiene
7.      (10.55-11.00)     : Melakukan vulva hygiene
8.      (11.00-11.20)     : Mempersiapkan ibu untuk dirujuk
a.              Memberitahu keluarga dan libatkan keluarga
b.             Menyiapkan surat rujukan
c.              Sediakan obat-obat yang diperlukan selama proses rujukan
a)      Infus
b)      Oksigen
c)      Analgetik
d)     Kendaraan yang akan di gunakan untuk mengantarkan klien ke tempat rujukan
e)      uang untuk kebutuhan administrasi
f)       persediaan darah untuk transfusi
9.      (11.20-11.22)     : Melibatkan keluarga untuk turut merawat dan memberi dukungan terhadap ibu
10.  (11.22-11.25)     : Menjaga dan melanjutkan perawatan dan pengobatan terhadap ibu sesuai dengan prinsip penanganan metritis dan kolaborasi dokter
LANGKAH VII. EVALUASI
Tanggal 21 Februari 2013                                                       Jam 11.25 Wita
1.      Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini
2.      Ibu bersedia mengerjakan semua anjuran bidan
3.      Hasil obervasi Tanda-tanda vital :
TD : 90/60 mmHg
N   : 86 x/menit
S   : 39,5 ˚ C
P   : 24 x/menit
4.      Ibu bersedia untuk dilakukan vulva hygiene
5.      Ibu sudah meminum obat antibiotik dan obat untuk meredakan rasa sakit yang diberikan oleh bidan
6.      Ibu dan keluarga setuju untuk dilakukan rujukan ke dokter


PENDOKUMENTASIAN HASIL  ASUHAN KEBIDANAN
POST NATAL CARE PATOLOGIS DENGAN GEJALA METRITIS
PADA NY. P. DI RUANG NIFAS PUSKESMAS KANDAI
TANGGAL 21 JANUARI 2013
No. Medrec                :
Tanggal masuk/           : 21 – 02 - 2013
Jam masuk                  : 10.10 wita
Tanggal pengkajian/    : 21 – 02 - 2013
Jam pengkajian           : 10.30 wita
Diagnosa                     : P1A0 dengan
                                      Gejala mentritis
Nama pengkaji            :
IDENTITAS ISTRI / SUAMI
Nama                        :  Ny.”P”              / Tn”R”
Umur                        :  20 tahun            / 30 tahun
Agama                      :  Islam                 / Islam
Suku                         :  Jawa                  / Bugis
Pendidikan               :  SMP                  / SMA
Pekerjaan                  :  IRT                    / wiraswasta
Lama menikah          :  ± 1 tahun
Alamat                     :  Jl. Gunung Kelor, RT.02/ RW. 01, Kelurahan Jati Mekar
SUBJEKTIF ( S )
a.       Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya tanggal 17 Februari 2013, pukul 16.45 wita, anak hidup.
b.      Ibu mengatakan bayi yang dilahirkan adalah anak yang pertama.
c.       Ibu mengatakan tidak pernah mengalami keguguran.
d.      TFU teraba 3 jari di bawah pusat , 2 jam  post partum
e.       Tampak pengeluaran lochea rubra.pada 2 jam post partum
f.       IIbu mengatakan belum BAB dan 1 kali BAK.
g.      Ibu mengaku cemas dengan keadaannya
OBJEKTIF ( O )
a.       Hasil pemeriksaan fisik ibu:
1.      Pemeriksaan umum : kesadaran  composmentis, keadaan umum ibu tidak baik, ekspresi ibu meringis saat ada nyeri, nyeri pada palpasi abdominal.
2.      Tanda-tanda vital
TD: 90 / 60 mmHg
N  : 86 x / menit
S  : 39,5 ° C
P  : 24 x / menit
3.      Terdapat pengeluaran kolostrum dan ASI.
4.      TFU teraba 6 jari di bawah pusat,  tampak striae livide dan linea nigra.
5.      Tampak pengeluaran lochea berwarna merah berbau busuk seperti nanah, tampak luka jahitan perineum yang masih basah,
ANALISIS ( A )
Diagnosa                 : PIA0 dengan gejala metritis
Masalah aktual        : demam tinggi , nyeri perut bagian bawah, nyeri tekan
                                  pada perut, keluar lochea merah berbau busuk seperti
                                  nanah.
Masalah potensial  : Potensial terjadinya syok hemorargi, abses pelvik
                                peritonitis, syok septik, trombosis vena yang dalam,
                                emboli pulmonal, infeksi pelvik menahun, dispareunia,
                                penyumbatan tuba dan infertilitas.
PLANNING ( P )
Tanggal 21 Januari 2013
1.      Menjelaskan kepada ibu dan keluarga kondisi ibu saat ini
Hasil  :    ibu dan keluarga menerima dengan baik apa yang telah dijelaskan dan mengaggukkan kepala tanda mengerti.
2.      Melibatkan keluarga untuk melakukan kompres hangat pada ibu
Hasil  :    ibu telah diberikan kompres hangat oleh suami
3.      Mengobservasi keadaan umum ibu dan tanda vital
Hasil  :    kesadaran ibu composmentis
               TD       :  90/60 mmHg
N         : 86 x/menit
S          : 39,5 ˚ C
P          : 24 x/menit
4.      Memberikan obat-obatan antibiotik dan obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit.
a.       Ampicilin 2 gr IV setiap 6 jam
b.      Gentamycin 5 mg/kg BB IV tiap 24 jam
c.       Metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam dosis tunggal
Hasil  :    ibu telah diberikan antibiotik.
5.      Memasang infus jika lakukan transfusi darah
Hasil  :    ibu telah diberi terapi IV dengan Ringer Laktat.
6.      Mengaanjurkan ibu untuk :
g.      Banyak minum minimal 8 gelas / hari
h.      Makan dengan diet gizi seimbang dan lunak
i.        Personal hygiene
j.        Memakai celana dalam longgar dari bahan katun
k.      Istirahat yang cukup 7 – 8 jam/hari
l.        Lakukan vulva hygiene
Haail  : ibu paham dan mengatakan akan mengikuti anjuran yang telah diberikan
7.      Melakukan vulva hygiene
Hasil  : telah dilakukan vulva hygiene
8.      Mempersiapkan ibu untuk dirujuk
a.       Memberitahu keluarga dan libatkan keluarga
b.      Menyiapkan surat rujukan
c.       Sediakan obat-obat yang diperlukan selama proses rujukan
a)   Infus
b)   Oksigen
c)   Analgetik
d)  Kendaraan yang akan di gunakan untuk mengantarkan klien ke tempat rujukan
e)   uang untuk kebutuhan administrasi
f)    persediaan darah untuk transfusi
Hasil : ibu akan segera dirujuk. Bidan mendampingi pasien.
9.      Melibatkan keluarga untuk turut merawat dan memberi dukungan terhadap ibu.
Hasil        : ibu merasa diperhatikan dan mendapat dukungan emosional.
10.  Menjaga dan melanjutkan perawatan dan pengobatan terhadap ibu sesuai dengan prinsip penanganan metritis dan kolaborasi dokter
Hasil        : bidan dan dokter bersama- sama memberikan terapi penanganan dan pengobatan.

No comments:

Post a Comment