Tuesday, July 2, 2013

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ALAM PERASAAN


Asuhan keperawatan Pada klien Gangguan alam Perasaan : Depresi dan Mania

Gangguan Alam Perasaan
  1. 1.      Pengertian
Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh keperibadiaan dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasaan ditandai oleh syndrom depresif sebagian atau penuh, selain itu juga ditandai oleh kehilangan minat atau kesenangan dalam aktifitas sehari-hari dan rekreasi (Gibbson Towsend , M C, 1995).
Gangguan alam perasaan adalah gangguan afek ( suasana hati) dengan manifestasi gejala-gejala mania dan depresi. seseorang dengan gangguan alam perasaan biasanya akan didapat suatu keadaan sedih, ketakutan, putus asa, gembira berlebihan dan khawatir (Keliat B.A. 1999).
Keadaan emosional yang berkepanjangan dan mempengaruhi seluruh seluruh kehidupan dan fungsi kehidupan seseorang.
Mania
a)         Gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasaan yang meningkat atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan terangsang.
b)        Dapat diiringi perilaku berupa peningkatan aktivitas flight or idea, euphoria, penyimpangan sex.
Tanda dan gejala dengan mania  (Stuart & Sundeen, 1995)
a)      Afektif : gambaran berlebihan, peningkatan harga diri, tidak tahan kritik.
b)      Kognitif : ambisi mudah terpengaruh, mudah beralih perhatian, waham kebosanan, flight or idea.
c)      Fisik : gangguan tidur, nutrisi tidak adekuat, peningkatan aktivitas, dehidrasi.
d)     Tingkah laku : agresif, aktivitas motorik meningkat, kurang perawatan, seks berlebihan dan bicara bertele-tele.
Depresi
      Adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. Depresi dapat juga digunakan untuk menunjukkan berbagai fenomena : tanda, gejala, keadaan emosi, reaksi penyakit atau kondisi klinis secara menyeluruh.
Tanda dan gejala dengan depresi (Stuart & Sundeen, 1995)
Afektif Sedih, cemas apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah, perasaan ditolak, perasaan bersalah, meras tidak berdaya, putus asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga.
Kognitif Ambivalence, bingung, ragu-ragu, tidak mampu konsentrasi, hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, pikiran merusak diri, rasa tidak menentu, pesimis.
Fisik Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan, konstipasi, lemah, lesu, nyeri kepal, pusing, insomnia, nyeri dada, over acting, perubahan berat badan, gangguan selera makan, gangguan menstruasi, impoten, tidak berespon terhadap seksual.
Tingkah laku Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktivitas, kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social, irritable, berkesan menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.

2.      Psikodinamik

Gangguan alam perasaan depresi dapat terjadi karena ketidakseimbangan elektrolit, yaitu perubahan natriun dan kalium didalam neuron. Perubahan biokimia (noreefinefrin, dopamine dan serotonin) juga mempengaruhi keadaan emosional individu. Rendahnya kadar noreefinefrin dan dopamine mengakibatkan individu berada dalam episode depresi dan sebaliknya meningkatkan kadar norefinefrin dan dopamine didalam otak mengakibatkan perilaku maniak. (Gibbson Towsend , M C, 1995).

3.      Rentang Respon Emosinal

Rentang respon emosi individu dapat berfluktuasi dari respon emosi adaftif sampai respon maladaftif, seperti pada gambar dibawah.
    
Gambar 1. Rentang Respon Emosi
Responsif adalah respon emosional yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini individu dapat berpartisipi dengan dunia eksternal dan internal.
Reaksi kehilangan yang wajar merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang mengalami kehilangan dan mengalami proses kehilangan misalnya bersedih, berfokus pada diri sendiri, berhenti melakukan kegiatan sehari-hari. Reaksi kehilangan tersebut tidak brerlangsung lama.
Supresi merupakan tahap awal respon emosional yang maladaptive, individu menyangkal, menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaan tentang lingkungan.
Reaksi berduka yang memanjang merupakan penyangkalan yang menetap dan memanjang, tetapi tidak nampak reaksi emosional terhadap kehilangan. Reaksi berduka yag menajang ini dapat terjadi beberapa tahun.
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasaan yang meningkat, meluas atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan terangsang. Kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku berupa peningkatan kegiatan, banyak bicara, ide-ide yang meloncat, senda gurau, tertawa berlebihan, penyimpangan seksual.
Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. Depresi dapat juga digunakan untuk menunjukkan berbagai fenomena : tanda, gejala, keadaan emosi, reaksi penyakit atau kondisi klinis secara menyeluruh.
  1. 4.      Terapi Depresi
    1. Terapi Individual
1)    Eksplorasi perasaan kehilangan, dan fasilitasi proses berduka.
2)   Diskusikan perilaku mengalahkan diri, harapan yang tidak realistis,dan kemungkinan distorsi dari realita.
3)   Kaji bagaimana distorsi kognitif pada klien turut menyebabkan depresi.
4)   Dorong pengungkapan rasa frustasi,marah,dan putus asa.
5)   Upayakan untuk mengubah pola berpikir negatif otomatis tentang diri, orang lain, lingkungan, dan masa depan.
6)   Beri kesempatan kepada klien, seperti berdiskusi dan bermain peran untuk menyelesaikan masalah interpersonal.
7)   Monitor masalah-masalah fisiologis yang diinduksi atau diperburuk oleh depresi.
8)   Dorong diskusi tentang seksualitas sehingga klien dapat menceritakan kekhawatiran, mengetahui bagaimana depresi mempengaruhi libido, dan menyadari bahwa hasrat seksual biasanya kembali muncul jika depresi menurun.
  1. Terapi Keluarga
1)   Kaji fungsi keluarga, pola komunikasi, peran yang diharapkan, keterampilan menyelesaikan masalah, dan stresor.
2)   Dapatkan informasi dari masing-masing anggota keluarga tentang situasi keluarga saat ini.
3)   Tentukan bagaimana konflik atau krisis ditangani, dan evaluasi dukungan anggota keluarga yang satu terhadap yang lain.
4)   Kaji tingkat ketertutupan dan ketidakpedulian anggota keluarga.
5)   Fokuskan pada mengidentifikasi dan mengintervensi distorsi kognitif yang mengganggu fungsi keluarga yang sehat.
6)   Ajarkan anggota keluarga tentang keterampilan komunikasi, penyelesaian masalah, pengelolaan stres, dan ekspresi perasaan yang konstruktif.
7)   Fasilitasi pengungkapan ansietas, rasa marah,rasa tidak berdaya dan rasa bermusuhan, dan ajarkan cara-cara untuk mengatasi secara efektif aspek-aspek yang mengancam pada situasi saat ini.
8)   Kaji perasaan bersalah dan menyalahkan yang mungkin terjadi akibat pandangan yang tidak realistis terhadap situasi krisis.
  1. 5.      Pengobatan
1)   Litium karbonat, sebuah obat antimatik, adalah obat pilihan untuk klien yang menderita gangguan bipolar.
2)   Pengobatan antipsikotik digunakan untuk klien yang menderita hiperaktivitas hebat dan untuk menangani perilaku manik.
3)   Antikonvulsan kadang-kadang diberikan karena keefektifannyadalam antimanik.
4)   Pengobatan antiansietas, misalnya klonazepam (klonopin) dan lotazepam (Antivan), kadang-kadangdigunakan untuk klien yang menderita episode manik akut dan untuk klien yang sulit ditangani.
5)   Kombinasi litium antikonvulsan sudah digunakan untuk gangguan bipolar siklus cepat,
Tiga fase penatalaksanaan farmakologis yang digambarkan dalam panel Pedolaman Depresi adalah fase akut, fase lanjut, dan fase pemeliharaan. Dalam fase akut gejalanya ditangan, dosis obat dsisesuaikan untuk mencegah efek yang merugikan, dan klien diberikan penyuluhan.pada fase lanjut klien dimonitor pada dosis efektif untuk mencegah terjadinya kambuh. Pada fase pemeliharaan, seorang klien yang berisiko kambuh seringkali tetap diberi obat baahkan selama waktu remisi. Untuk klien yang dianggap tidak berisikotinggi mengalami kambuh, pengobatan dihentikan.
a)      Selsctive serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) terbukti sudah sangat berguna untuk menangani depresi, terutama karena obat tersebut lebih sedikit memiliki efek antikolinergik yang merugikan, lebih sedikit toksisitas jantung, dan reaksi lebih cepat daripada antidepresan trisiklik dan inhibitor oksidase monoamin (MAO)
b)      Trisiklik dan inhibitor MAO, generasi pertama antidepresan, jarang digunakan sejak adanya SSRI dan SSRIs atipikal.
c)      Antipsikotik kadang-kadang digunakan untuk menangani gangguan tidur dan ansietas sedang.
d)     Dokter dapat memprogramkan, tetapi elektrokonvulsif(ECP) jika terdapat depsresi hebat, klien sangat ingin mealkukan bunuh diri, atau jika klien tidak berespon terhadap protokol pengobatan antidepresan.

II.    Proses Keperawatan

  1. A.    Pengkajian.
    1. Faktor predisposisi
    1. Faktor genetik, mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan.
    2. Teori agresi berbalik pada diri sendiri, mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan obyek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri.
    3. Teori kehilangan, berhubungan dengan factor perkembangan misalnya  kehilangan orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis denagn orang yang sangat dicintai, individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.
    4. Teori kognitif, mengemukakan bahwa depresi terjadi sebagai akibat gangguan perkembangan terhadap penilaian diri, yaitu penilaian negatif terhadap diri, sehingga terjadi gangguan proses pikir. Individu menjadi pesimis dan memandang dirinya tidak adekuat dan tidak berharga serta hidup sebagai tidak harapan.
    5. Model belajar ketidakberdayaan, mengemukakan bahwa depresi terjadi karena individu mempunyai pengalaman kegagalan-kegagalan, lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Akhirnya timbul keyakinan individu akan ketidakmampuannya mengendalikan kehidupannya sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang adaptif.
    6. Model perilaku, mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya penguatan positif selama bereaksi dengan lingkungan.
    7. Model biologis, mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi kortisol.
  1. Faktor presipitasi
Ada lima stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan:
  1. Kehilangan kasih sayang secara nyata atau bayangan, termasuk kehilangan cinta seseorang, fungsi tubuh, status atau harga diri.
  2. Kejadian penting dalam kehidupan seseorang sebagai keadaan yang mendahului episode depresi dan mempunyai dampak pada masalah saat ini dan kemampuan individu untuk menyelesaikan masalah
  3. Banyaknya peran dan komplik peran, dilaporkan mempengaruhi berkembangnya depresi, terutama pada wanita.
  4. Sumber koping termasuk status social ekonomi, keluarga, hubungan inter personal dan organisasi kemasyarakatan. Kurangnya sumber pendukung social, menambah stress individu.
  5. Ketidak seimbangan metabolisme dapat menimbulkan gangguan alam perasaan. Khususnya obat-obatan anti hipertensi dan gangguan zat adiktif. Kebanyakan penyakit kronis yang melemahkan sering disertai depresi. Depresi pada usia lanjut akan menjadi komplek jika disertai kerusakan organic dan gejala depresi secara klinik.
                
  1. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini dilakukan untuk menghindari tekanan yang hebat. Pada depresi mekanisme koping yang digunakan adalah represi, supresi, mengingkari dan disosiasi. Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan karena kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.
  1. Perilaku
Perilaku yang berhubungan dengan mania dan depresi bervariasi. Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikologikal yang tinggi. Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi.
  1. Data subyektif depresi
1)      Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.
2)      Sering mengemukakan keluhan somatik.
3)      Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup.
4)      Merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
  1. Data obyektif depresi
1)      Gerakan tubuh yang terhambat
2)      Tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot
3)      Ekspresi wajah murung,
4)      Gaya jalan yang lambat dengan lang­kah yang diseret.Kadang-kadang dapat terjadi stupor.
5)      Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering me­nangis.
Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong,

6)      Konsentrasi tergang­gu,
7)      Tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham, depersonalisasi dan halusinasi.  Kadang-kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility)
8)      Mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu.

B.     Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang berhubungan dengan respon emosional adalah
  1. Ketidakberdayaan
  2. Berduka disfungsional
  3. Keputusasaan
  4. Resiko tinggi terhadap cedera
  5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
  6. Defisit perawatan diri
  7. Gangguan pola tidur
  8. Resiko mencedrai diri

C.    Diagnosa Keperawatan

1)      Resiko tinggi mencedrai diri berhubungan dengan harga diri rendah, koping individu tidak efektif.
  1. 2.      Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan selera makan.
Diagnosis keperawatan untuk depresi : Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
Kemungkinan penyebab
a)      Nyeri emosional
b)      Depresi atau tidak mampu mengekspresikan kemarahan atau rasa gusar
c)      Perubahan biokimia
d)     Riwayat penganiayaan
Ratasan karakteristik
a)      Ekspresi rasa bersalah atau malu
b)      Ekspresi rasa tidak berdaya atau putus asa
c)      Perilaku mengalahkan diri
d)     Mengungkapkan secara verbal adanya penyimpangan pikiran

D.    Perencanaan

No Tujuan Umum :
Setelah tindakan perawatan diterapkan, klien dapat berespon emosional yang adaptif dan meningkatkan rasa puas serta senang yang dapat diterima oleh lingkungan.
Tujuan Khusus

Rasionalisasi

Tindakan
1




Klien terlindungi dari dari upaya mencederai diri sendiri atau bunuh diri. Klien dengan gangguan alam perasaan berat berada dalam resiko tinggi untuk melakukan bunuh diri
  1. Rawat klien dirumah sakit bila ada resiko bunuh diri yang tinggi

2 Klien mampu mengembangkan diri Perubahan lingkungan dapat melindungi klien, mengurangi stress dan memberikan sumber pengembangan baru
  1. Secara terus menerus evaluasi klien terhadap kemungkinan melakukan bunuh diri
  2. Bantu klien untuk dapat beradptasi dengan lingkungan barunya.
3 Klien mampu membina hubungan terapeutik dengan perawat . Klien depresi biasanya enggan terlibat dalam hubungan terapeutik. Diperlukan cara agar klien dapat menerima dan bertahan dalam hubungan terapeutik.
  1. Lakukan pendekatan yang hangat, menerima klien apa adanya dan bersifat empati
  2. Mawas diri dan dapat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri (misalnya rasa marah, frustasi dan empat)
4 Klien mampu  mengenali dan mengekspresikan emosinya Klien depresi mempunyai kesul;itan dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaannya.
  1. Tunjukkan respon emosinal dan menerima klien
  2. Gunakan kemampuan berkomunikasi.
  3. Berikan respon empati dengan berfokus pada perasaan bukan pada kenyataan yang terjadi.
  4. Mengaku kesedihan klien dan berikan harapan
  5. Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya.
  6. Bantu klien untuk mengekspresikan perasaan marahnya dengan tepat
  7. Bantu klien untuk menurunkan tingkat kecemasannya :
1.Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya supportif.
2.Beri waktu untuk klien berespon.
3.Beri perawatan individu sebagai manusia layaknya.

5 Klien mampu memodifikasi pola kognitif yang negatif Memodifi memodifikasi pola kognitif yang negatif akan membantu meningkatkan pengendalian diri,  tingkah laku dan perubahan harga diri
  1. Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya untuk menyimpulkannya.
  2. Identifikasi pemikiran yang negatif dan Bantu untuk menurunkannya melalui interupsi atau substitusi.
  3. Bantu klien untuk meningkatkan pemikiran yang positif.
  4. Evaluasi ketepatan persepsi klien, logika dan kesimpulan yang dibuat klien.
  5. Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional
  6. Bantu klien untuk dapat merubah tujuan yang tidak realistis ketujuan yang realistis.
  7. Kurangi tujuan-tujuan yang tidak mungkin dicapai.
  8. Kurangi penilaian klien yang negatif terhadap dirinya.
  9. Bantu klien untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya dan perubahan yang terjadi.
6 Klien mampu untuk aktif mencapai tujuan yang realistik Penampilan prilaku yang baik akan mengurangi/menghilangkan perasaan tak berdaya dan putus asa.
  1. Beri tanggung jawab untuk melakukan terapi tindakan yang terorientasi.
  2. Beri dorongan kepada klien untuk melakukan kegiatan secara teratur atau beri kebebasan melakukan kegiatan sehingga energi klien  dapat disalurkan.
  3. Persiapkan program yang dapat dilakukan dengan baik.
  4. Tetapkan tujuan yang realistis, relevan dengan kebutuhan klien dan minatnya serta difokuskan pada kegiatan yang positif.
  5. Fokuskan kegiatan pada saat ini, bukan kegiatan pada masa lalu atau masa dating
  6. Beri pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilannya bagus
  7. Pertahankan penampilan atau kegiatan jika mungkin.
  8. Buat jadwal exercise fisik dalam rencana keperawatan.
7 Klien mampu untuk melakukan hubungan interpersonal Sosialisasi akan mengurangi kesempatan untuk menarik diri dan akan meningkatkan harga diri, melalui pemanfaatan dari dukungan lingkunagn yang tepat dan menerima.
  1. Kaji kemampuan klien untuk bersosialisasi dan dukungan yang diperlukan serta minat klien
  2. Diskusikan sumber social yang ada dan dapat digunaka.
  3. Tunjukkan kemampuan bersosialisi yang efektif.
  4. Gunakan role play dalam melakukan interaksi social.
  5. Beri umpan balik dan pujian terhadap kemampuan klien dalam melakukan hubungan interpersonal yang efektif.
  6. Beri dorongan kepada klien untuk meningkatkan hubungan sosialnya dalam lingkungan yang lebih luas.
  7. Beri dorongan dengan penuh kekeluargaan terhadap respon emosional klien yang adaptif.
  8. Beri dukungan dan libatkan dalam terapi keluarga dan terapi kelompok jika diperlukan.
8 Klien mampu meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.

Perawatan fisik dan terapi somatic diperlukan untuk mengatasi perubahan fisik yang terjadi karena gangguan alam perasaan
  1. Lengkapi pengkajian tentang kesehatan fisiologi klien.
  2. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri terutam kebutuhan nutrisi, dan kebersihan diri.
  3. Anjurkan klien untuk dapat melakukan pemenuhan kebutuhan perawatan diri secara mandiri jika memungkinkan.
  4. Berikan terapi pengobatan.
Intervensi dan Rasional depresi :
a)      Buat kontrak dengan klien untuk tidak bunuh diri. Tujuan utama kontrak adalah agar klien mencari staf nakes jika timbul perasaan ingin bunuh diri dan lebih membicarakan perasaan tersebut dari pada melaksanakannya. Tujuan lain adalah agar tersedia waktu untuk mengeksplorasi beberapa alternatif bersama dengan klien. Menegosiasikan kerangka waktu kontrak pencegahan bunuh diri bersama dengan klien didasari pada kemampuan klien untuk bekerja sama dengan perawat.
b)      Tentukan tingkat pencegahan bunuh diri yang diperlukan dan evaluasi ulang kemungkinan bunuh diri dikegiatan sehari-hari. Seorang klien depresi dapat beresiko besar melakukan bunuh diri jika terapi mengalami kemajuan dan tingkat energi bertambah.
c)      Cari adanya benda berbahaya pada barang pribadi milik klien. Tindakan ini meningkatkan rasa aman dan mencegah klien agar tidak melukai diri dengan meenggunakan barang pribadi.
d)     Monitor klien secara ketat selama operan, waktu makan, dan jika staf nakes yang tersedia lebih sedikit. Klien cenderung untuk melakukan bunuh dirijika anggota staf sedang sibuk atau melakukan tugas ganda.
e)      Dorong klien untuk mengekspresi perasaannya yang kuat kepada staf nakes. Klienn memerlukan penguatan untuk mempelajari dan mempraktikan ekspresi perasaan yang sesuai.

E.     Evaluasi

1)      Semua sumber pencetus stress dan persepsi klien dapat digali.
2)      Masalah klien mengenai konsep diri, rasa marah dan hubungan interpersonal dapat digali.
3)      Perubahan pola tingkah laku dan respon klien tersebut tampak.
4)      Riwayat individu klien dan keluarganya sebelum fase depresi dapat dievaluasi sepenuhnya.
5)      Tindakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya bunuh diri telah dilakukan.
6)      Tindakan keperawatan telah mencakup semua aspek dunia klien.
7)      Reaksi perubahan klien dapat diidentifikasi dan dilalui dengan baik oleh klien.
BAB V

PENUTUP
  1. A.    Simpulan
Gangguan alam perasaan adalah gangguan afek ( suasana hati) dengan manifestasi gejala-gejala mania dan depresi. seseorang dengan gangguan alam perasaan biasanya akan didapat suatu keadaan sedih, ketakutan, putus asa, gembira berlebihan dan khawatir (Keliat B.A. 1999).
Faktor predisposisi
a)      Faktor genetik, mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan.
b)      Teori agresi berbalik pada diri sendiri, mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan obyek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri.
c)      Teori kehilangan, berhubungan dengan factor perkembangan misalnya  kehilangan orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis denagn orang yang sangat dicintai, individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.
Faktor presipitasi
  1. Kehilangan kasih sayang secara nyata atau bayangan, termasuk kehilangan cinta seseorang, fungsi tubuh, status atau harga diri.
  2. Kejadian penting dalam kehidupan seseorang sebagai keadaan yang mendahului episode depresi dan mempunyai dampak pada masalah saat ini dan kemampuan individu untuk menyelesaikan masalah
  3. Banyaknya peran dan komplik peran, dilaporkan mempengaruhi berkembangnya depresi, terutama pada wanita.
Pengobatan
1)      Litium karbonat, sebuah obat antimatik, adalah obat pilihan untuk klien yang menderita gangguan bipolar.
2)      Pengobatan antipsikotik digunakan untuk klien yang menderita hiperaktivitas hebat dan untuk menangani perilaku manik.
3)      Antikonvulsan kadang-kadang diberikan karena keefektifannyadalam antimanik.
4)      Pengobatan antiansietas, misalnya klonazepam (klonopin) dan lotazepam (Antivan), kadang-kadangdigunakan untuk klien yang menderita episode manik akut dan untuk klien yang sulit ditangani.
5)      Kombinasi litium antikonvulsan sudah digunakan untuk gangguan bipolar siklus cepat,
  1. B.     Saran
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penangan masalah keperawatan khusunya klien dengan Gangguan Alam Perasaan harus memiliki pengetahuan yang luas dan tindakan yang dilakukan harus rasional sesuai gejala penyakit dan asuhan keperawatan hendaknya diberikan secara komprehensif, biopsikososial cultural dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat B.A. 1999. “Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Keperawatan Jiwa”. Jakarta : FIK-UI
Keliat B.A. 2005. “Proses Keperawatan Jiwa”. Jakarta : EGC
Marilynn E Doenges. 2006. “Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran: EGC
Gibbson Towsend , M C, 1995. “Kumpulan Keperawatan Jiwa”. Jakarta : Buku Kedokteran

No comments:

Post a Comment