Thursday, July 4, 2013

ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU

TB Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh hasil mikrobakterium tuberculose tipe humanus. TB paru merupakan penyakit infeksi pernapasan bagian bawah, mikrobakterium tuberculose tipe humanus atau bolinus adalah tipe yang paling dominan dalam menimbulkan penyakit pada manusia. Basil tersebut berbentuk batang, sifat aerob, mudah mati pada air mendidih (5 menit pada suhu 80 derajat celcius dan 20 menit pada suhu 60 derajat celcius), mudah mati dengan sinar matahari, tahap hidup berbulan-bulan pada suhu kamar yang lembab.
Etiologi
Kuman TB dalam bentuk droplet nuclei yang merupakan partikel 1-10 mikron yang mengandung kuman-kuman TB. Droplet nuclei dikeluarkan oleh penderita TB dengan cara batuk-batuk, bicara, kemudian tersebar di udara. Oleh karena itu penyakit ini merupakan airbone infection. Infeksi terjadi apabila droplet nuclei tersebut terhisap masuk ke jaringan paru, setelah mengalami berbagai hambatan sepanjang saluran napas bagian atas dan bawah. Implentasi kuman terjadi pada respiratong bronchial atau alveoli. Selanjutnya akan berkembang sebagai berikut :
1. Faktor primer –> komplek primer –>sembuh pada bagian besar atau menular –>tuberkulosis primer.
2. Dari kompleks primer yang sembuh terjadi reaktivasi kuman yang tadinya dormant pada fokus primer, reinfeksi endogen –> TB pasen primer.
Patofisiologi

Gejala klinik
1. Gejala Sistemik.
*     Malaise, anorexia, BB menurun, keringat malam.
*     Acut : demam tinggi,seprti flu, menggil.
*     Milier : demam acut, sesak napas, sianosis.
2. Gejala Respiratorik.
*     Batuk-batuk lama lebih dari 3 minggu.
*     Dahak yang mukdid sampai mukopurulen.
*     Nyeri dada, sampai batuk darah.
*     Sesak nafas (bila ada tanda-tanda penyebaran ke rongga lain).
Pemeriksaan Penunjang
  1. Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium TBC pada tahap aktif penyakit.
  2. Ziehl- Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah)    :  Positif untuk basil asam cepat.
  3. Tes kulit           : Reaksi positif menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibody.
  4. ELISA/Western Blok  : Dapat menyatakan adanya HIV.
  5. Foto torak       : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas
  6. Histologi / Kultur jaringan : Positif untuk Mycobacterium TBC.
  7. Biopsi jarum pada jaringan paru : positif untuk granuloma TB.
  8. Elektrolit       :  Dapat tidak normal tergantung pada lokasi dan beratnya  infeksi
  9. GDA: Dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru
  10. Pemeriksaan funsi paru : Penurunan kapasitas vital atau peningkatan rasio udara
  11. Residiu dan kapasitas paru total
Penatalaksanaan
  1. Agen anti infeksi seperti INH, Rifampisin, Dirazinaunid dan streptomisin.
  2. Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
  3. Isolasi pernapasan sesuai dengan kebutuhan.
  4. Penyuluhan kesehatan,penting untuk tindak lanjut keluarga dan kontak dengan px.
Komplikasi
  1. Hemokisis Berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolenik atau tersumbatnya jalan nafas.
  2. Kolaps dari lobus akibat retriksi bronkia.
  3. Bronchiectasis dan fibrosis pada paru.
  4. Pneumokoraks spontan (kolaps spontan karena kerudakan jaringan paru).
  5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.          
 ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU

Data dasar pengkajian pasien (  Doengoes, Marilynn E : 2000 ) adalah sebagai berikut:
a.       Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), demam, menggigil.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.
b.      Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
c.       Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
d.      Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
e.       Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
f.       Keamanan
Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.
Obyektif: demam rendah atau sakit panas akut.
g.      Interaksi Sosial
Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular, perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
Diagnosa Keperawatan Tuberkulosis ( TBC )
a.       Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
b.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
c.       Gangguan keseimbangan  nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan finansial.
d.      Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
e.       Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
f.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
g.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, terbatasnya pengetahuan/kognitif
h.      Risiko tinggi infeksi penyebaran / aktivitas ulang infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, fungsi silia menurun/ statis sekret, kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, malnutrisi, terkontaminasi oleh lingkungan, kurang informasi tentang infeksi kuman.
Perencanaan Keperawatan pada Tuberkulosis ( TBC )
1. Diagnosa Keperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan kebersihan jalan napas efektif, dengan criteria hasil:
  • Mempertahankan jalan napas pasien.
  • Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
  • Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas.
  • Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi.
  • Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.
Intervensi :
  • Kaji  ulang fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesori. Rasional : Penurunan bunyi napas indikasi atelektasis, ronki indikasi akumulasi secret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat
  • Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis. Rasional: Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronchial yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
  • Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam. Rasional: Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan peningkatan gerakan sekret agar mudah dikeluarkan.
  • Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu. Rasional: Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.
  • Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi. Rasional: Membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan.
  • Lembabkan udara/oksigen inspirasi. Rasional: Mencegah pengeringan membran mukosa.
  • Kolaborasi pemberian obat: agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi. Rasional: Menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen trakeabronkial, berguna jika terjadi hipoksemia pada kavitas yang luas.
2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan pertukaran gas efektif, dengan kriteria hasil:
  • Melaporkan tidak terjadi dispnea.
  • Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
  • Bebas dari gejala distress pernapasan.
Intervensi:
  • Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan upaya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan. Rasional: Tuberkulosis paru dapat rnenyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-pani yang berasal dari bronkopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural effusion dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.
  • Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku. Rasional: Akumulasi secret dapat menggangp oksigenasi di organ vital dan jaringan.
  • Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai kebutuhan. Rasional: Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi.
3. Diagnosa Keperawatan : Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan finansial.
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan  kebutuhan nutrisi adekuat, dengan kriteria hasil:
  • Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi.
  • Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi :
  • Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare. Rasional: Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat.
  • Kaji ulang  pola diet pasien yang disukai/tidak disukai. Rasional: Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet pasien.
  • Monitor intake dan output secara periodik. Rasional: Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
  • Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB). Rasional: Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.
  • Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan. Rasional: Mengurangi rasa tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan yang dapat merangsang muntah.
  • Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat. Rasional: Memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan iritasi gaster.
Evaluasi
Diagnosa Keperawatan 1 : bersihan jalan napas efektif, dengan kriteria evaluasi:
  • Mempertahankan jalan napas pasien.
  • Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
  • Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas.
  • Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi.
  • Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.
Diagnosa Keperawatan  2: Pertukaran gas efektif, dengan kriteria evaluasi:
  • Melaporkan tidak terjadi dispnea.
  • Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
  • Bebas dari gejala distress pernapasan.
Diagnosa Keperawatan  3: Kebutuhan nutrisi adekuat, dengan kriteria evaluasi:
  • Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi.
  • Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.
Daftar Pustaka
Doengoes,  Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif ,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI Media Aescullapius.
Price, Sylvia Anderson.2005.Patofisiologi:  Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit , Edisi 6.Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne. C dan Bare, Brenda. G. 2001. Buku ajar  Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Volume 1. Jakarta: EGC
Underwood, J.C.E.1999.Patologi Umum dan Sistematik Volume 2.Jakarta: EGC
Lynda Juall Carpenito, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan , edisi 2 , EGC, Jakarta ,1999.
Tucker dkk, Standart Perawatan Pasien , EGC, Jakarta , 1998.

No comments:

Post a Comment