Tuesday, July 2, 2013

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN WAHAM

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN WAHAM



  1. KONSEP DASAR MEDIS

  1. DEFINISI
Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis yang salah, keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya (Keliat, BA, 1998). Waham adalah kepercayaan yang salah terhadap objek dan tidak konsisten dengan latar belakang intelektual dan budaya (Rawlins, 1993).
Waham dibangun atas unsur-unsur yang tidak berdasarkan logika, individu tidak mau melepaskan wahamnya, walaupun telah tersedia cukup bukti-bukti yang objektif tentang kebenaran itu. Biasanya waham digunakan untuk mengisi keperluan atau keinginan-keinginan dari penderita itu sendiri. Waham merupakan suatu cara untuk memberikan gambaran dari berbagai problem sendiri atau tekanan-tekanan yang ada dalam kepribadian penderita biasanya:
a. Keinginan yang tertekan.
b. Kekecewaan dalam berbagai harapan.
c. Perasaan rendah diri.
d. Perasaan bersalah.
e. Keadaan yang memerlukan perlindungan terhadap ketakutan.

  1. ETIOLOGI
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan.Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan timbulnya waham adalah:
  • Biologis:
Gangguan perkembangan dan fungsi otak / SSP yang menimbulkan:
  1. Hambatan perkembangan otak khususnya kortek prontal, temporal dan limbik.
  2. Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal, neonatus dan kanak-kanak.
  • Psikososial
    Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi seperti penolakan dan kekerasan.
  • Sosial Budaya
    Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi timbulnya waham seperti kemiskinan. Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) serta kehidupan yang terisolasi dan stress yang menumpuk.
    Faktor prespitasi yang biasanya menimbulkan waham merupakan karakteristik umum latar belakang termasuk riwayat penganiayaan fisik / emosional, perlakuan kekerasan dari orang tua, tuntutan pendidikan yang perfeksionis, tekanan, isolasi, permusuhan, perasaan tidak berguna ataupun tidak berdaya.

  1. PATOFISIOLOGI dan POHON MASALAH
  • Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur
  • Pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain :
  1. Fase Prodomal
Berlangsung antara 6 bula sampai 1 tahun
Gangguan dapat berupa Self care, gangguan dalam akademik, gangguan dalam pekerjaan, gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran dan persepsi
  1. Fase Aktif
Berlangsung kurang lebih 1 bulan
Gangguan dapat berupa gejala psikotik; Halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir, gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi
  1. Fase Residual
Klien mengalami minimal 2 gejala; gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya berulang.





Prilaku Kekerasan
Resiko Menciderai Orang Lain


Gangguan Proses Pikir (Waham)
Kerusakan Komunikasi Verbal





Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)





Gangguan Interaksi Sosial (Menarik Diri)





Koping Individu Inefektif






  1. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan waham yaitu:
a. Waham dengan perawatan minimal
  1. Berbicara dan berperilaku sesuai dengan realita.
  2. Bersosialisasi dengan orang lain.
  3. Mau makan dan minum.
  4. Ekspresi wajah tenang.
  1. Waham dengan perawatan parsial
  1. Iritable.
  2. Cenderung menghindari orang lain.
  3. Mendominasi pembicaraan.
  4. Bicara kasar.
  1. Waham dengan perawatan total
  1. Melukai diri dan orang lain.
  2. Menolak makan / minum obat karena takut diracuni.
  3. Gerakan tidak terkontrol.
  4. Ekspresi tegang.
  5. Iritable.
  6. Mandominasi pembicaraan.
  7. Bicara kasar.
  8. Menghindar dari orang lain.
  9. Mengungkapkan keyakinannya yang salah berulang kali.
  10. Perilaku bazar.
  11. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
  12. Klien tampak tidak mempunyai orang lain.
  13. Curiga
  14. Bermusuhan
  15. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
  16. Takut, sangat waspada
  17. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
  18. Mudah tersinggung

  1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada klien waham dapat dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan susunan saraf pusat, apakah ada suatu kelainan yang terjadi atau tidak.
  1. PENATALAKSANAAN
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena, kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan memandang klien dengan waham pada gangguan skizofrenia ini sebagai pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior bila sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Biar pun klien tidak sembuh sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik dapat ditolong untuk bekerja sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan klien diberi penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki prilaku klien dengan waham pada gangguan skizoprenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.


  1. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
  1. PENGKAJIAN
Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan.
Patricia A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian terdiri dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga, teman terdekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajiannya meliputi:
    1. Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
    1. Keluhan utama / alasan masuk
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
    1. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
      Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya gangguan:
      1. Psikologis
        Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.
      2. Biologis
        Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
      3. Sosial Budaya
        Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
    2. Aspek fisik / biologis
      Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
    3. Aspek psikososial
      1. Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
      2. Konsep diri
  • Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai.
  • Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
  • Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
  • Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya.
  • Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
  • Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
  • Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
  • Status mental
  • Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
  • Kebutuhan persiapan pulang
  • Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.
  • Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan pakaian.
  • Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
  • Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
  • Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
  • Masalah psikososial dan lingkungan dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
  • Pengetahuan
    Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
  • Aspek medik
    Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian (Gabie, dikutip oleh Carpernito, 1983).
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan berdasarkan pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mengatasinya (Gordon dikutip oleh Carpernito, 1983)
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil pengkajian adalah:
a. Gangguan proses pikir; waham.
b. Kerusakan komunikasi verbal.
c. Resiko menciderai orang lain.
d. Gangguan interaksi sosial: menarik diri.
e. Gangguan konsep diri; harga diri rendah.
f. Tidak efektifnya koping individu.

  1. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tujuan dan tindakan keperawatan berdasarkan standar asuhan keperawatan jiwa pada gangguan proses pikir waham, antara lain :
Tujuan jangka panjang (TUPAN)
Klien tidak mengalami gangguan proses pikir dan berfungsi optimal dilingkungan sosialnya.
Tujuan jangka pendek (TUPEN)
  1. Klien mengenal wahamnya dengan kriteria :
- Klien mampu mengenal terjadinya waham
- Klien mampu mengungkapkan isi waham
- Klien mengungkapkan frekuensi waham
- Klien mampu mengungkapkan perasaannya terkait dengan waham Rencana tindakan
  • Bina hubungan saling percaya (BHSP)
  • Beri kesempatan klien untuk mendiskusikan wahamnya dengan petugas perawat
  • Hindari mendebat/mendukung waham
  • Fokuskan diskusi pada perasaan klien
  • Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan terkait dengan wahamnya
  • Hindarkan stimulasi yang berlebihan dengan dapat menyebabkan munculnya waham
  1. Klien mampu mengontrol wahamnya, dengan kriteria:
- Klien tidak menanggapi wahamnya
- Klien melaporkan penurunan frekuensi munculnya waham
- Klien meminta validasi terhadap kebenaran/kenyataan
- Klien mendemonstrasikan penolakan hadirnya waham
- Klien menunjukkan pola pikir yang logis
- Klien menunjukkan kemampuan untuk memenuhi ide-ide orang lain Rencana tindakan
  • Observasi isi waham yang membahayakan
  • Bantu klien mengeliminasi/menurunkan stressor yang menciptakan delusi
  • Dukung klien untuk memvalidasi keyakinan terhadap wahamnya dengan orang yang dipercaya/petugas/perawat
  • Dukung klien untuk melaksanakan jadwal kegiatan harian secara konsisten
  • Berikan aktivitas rekreasi atau aktivitas yang membutuhkan perhatian dan keterampilan diwaktu luang klien
  • Kelola pemberian obat-obat antipsikotik dan antidepresent seuai order/kebutuhan
  • Monitor efek samping obat
  • Jelaskan pentingnya kepatuhan klien terhadap aturan pengolahan obat.
  1. Klien mampu mengingat kejadian/masalah dimasa lalu dengan kriteria:
- Klien mampu mengingat kembali kejadian masalah jangka pendek
- Klien dapat mengingat kembali informasi/masalah jangka menengah
- Klien dapat mengingat kembali informasi/masalah jangka panjang. Rencana tindakan
  • Monitor daya ingat klien
  • Kaji kemampuan klien dalam mengingat sesuatu
  • Diskusikan dengan klien dan keluarga beberapa masalah memori yang dialami
  • Ingatkan kembali pengalaman masa lalu klien dengan cara yang tepat
  • Simulasi pikiran dengan mengulangi pikiran yang diekspresikan klien secara tepat (ingatkan klien tentang kejadian/peristiwa yang barus saja dialami klien)
  • Implementasikan teknik mengingat dengan cara yang tepat seperti dengan gambar visual membuat daftar/jadwal menulis nama pada kartu dan sebagainya
  • Bantu dalam tugas pembelajaran yang berkaitan, misalnya mengingat kembali verbal dan informasi yang telah disampaikan dengan cara yang tepat
  • Lebih orientasi klien, misal dengan mengingat dan tinggal, jam, musim, informasi yang bersifat pribadi dan sebagainya
  • Beri kesempatan kepada klien untuk melatih konsentrasinya, misal dengan permainan, mencocokkan kartu, halma dan sebagainya.
  1. Klien mampu meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan sekitar dengan kriteria:
- Klien mampu mengidentifikasi lingkungan sekitar sesuai realita
- Klien mampu mengungkapkan perasaannya setelah mengidentifikasi
- Klien mengungkapkan keuntungan mengidentifikasi lingkungan. Rencana tindakan
  • Monitor interpretasi klien terhadap lingkungan (misal : tempat, orang disekitarnya dan sebagainya)
  • Tempatkan obyek/hal-hal yang familiar dilingkungan/dikamar klien (misal : jam dinding, gambar, foto)
  • Buat jadwal aktivitas/kegiatan harian bersama klien
  • Dorong klien untuk melakukan aktivitas sesuai jadwal yang telah dibuat tersebut
  • Berikan terapi kognitif
  • Libatkan klien dalam TAK orientasi realita
  1. Klien mampu mempertahankan kosentrasi dengan kriteria:
- Klien mampu mendengarkan dengan baik saat diajak berbicara
- Klien mampu melaksanakan instruksi sederhana yang diberikan
- Klien dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
Rencana tindakan
  • Observasi kemampuan klien berkonsentrasi
  • Kaji kemampuan klien memahami dan memproses informasi dengan pertanyaan singat dan sederhana
  • Terapkan tujuan pembelajaran yang berguna dan realistis bagi klien
  • Berikan instruksi setelah klien menunjukkan kesiapan untuk belajar atau menerima informasi
  • Atur instruksi sesuai tingkat pemahaman klien dan yang signat dan sederhana sampai yang lebih kompleks
  • Gunakan bahasa yang familiar dan mudah dipahami oleh klien.
  • Dorong klien untuk menjawab pertanyaan dengan singkat dan jelas
  • Koreksi interpretasi yang salah dan informasi/pertanyaan yang diterima klien dengan cara yang tepat
  • Dorong klien untuk terlibat aktif dalam pembelajaran
  • Beri reinforcement pada setiap kemajuan klien
  • Libatkan klien dalam TAK stimulasi sensori
  1. Kesadaran klien terhadap identitas personal, waktu dan tempat meningkat/baik dengan kriteria:
- Mampu mengenal identitas diri dengan baik
- Klien mengenal identitas orang disekitarnya dengan tepat/baik
- Klien mampu mengidentifikasi waktu dengan benar
Rencana tindakan
  • Monitor orientasi klien terhadap realita
  • Sapa klien dengan namanya pada saat interaksi
  • Beri informasi kepada klien terhadap orang, tempat, waktu, sesuai kebutuhan
  • Tanyakan satu pertanyaan pada satu waktu
  • Beri satu perintah pada satu waktu
  • Berikan/libatkan klien dalam aktivitas yang konkrit/nyata
  • Gunakan tanda/gambar/simbol untuk menstimulasi momen dan meningkatkan orientasi
  • Hindari stimulasi yang berlebihan yang dapat meningkatkan disorientasi
  • Fasilitasi kunjungan keluarga dan orang-orang yang familiar dengan klien.

  1. IMPLEMENTASI
  1. Klien yang menarik diri dan isolasi
  • Gunakan diri secara terapeutik
  • Lakukan interaksi yang terencana, singkat, sering dan tidak menuntut
  • Rencanakan kativitas sederhana satu-lawan-satu
  • Pertahankan konsistensi dan kejujuran dalam interaksi
  • Secara bertahap anjurkan klien untuk berinteraksi dengan teman-temannya dalam situasi yang tidak mengancam
  • Berikan pelatihan keterampilan sosial
  • Lakukan berbagai tindakan untuk meningkatkan harga diri
  1. Klien menunjukkan perilaku regresif atau tidak wajar
  • Lakukan pendekatan apa adanya terhadap perilaku aneh (jangan memperkuat perilaku ini)
  • Perlakukan klien sebagai orangdewasa, waluapun ia mengalami regresi
  • Pantau pola makan klien; dan beri dukungan serta bantuan bila perlu
  • Bantu klien dalam hal higiene dan berdandan, hanya bila ia tidak dapat melakukannya sendiri
  • Berhati-hati dengan sentuhan karena dapat dianggap sebagai ancaman
  • Buat jadwal rutin aktivitas hidup sehari-hari
  • Berikan pilhan sederhana dari dua hal bagi klien yang mengalami mabivalensi
  1. Klien dengan pola komunikasi tidak jelas
  • Perthankan komunikasi anda sendiri agar tetap jelas dan tidak ambigu
  • Pertahankan konsistensi komunikasi verbal dan nonverbal anda
  • Klarifikasi setiapmakna yang ambigu atau tidak jelas berkaitan dengan komunikasi klien
  1. Klien curiga dan kasar
  • Bentuk hubungan profesional; terlalu ramah dapat diangap ancaman
  • Berhati-hati dengan sentuhan karena dapat dianggap sebagai ancaman
  • Berikan kontrol dan otonomi sebanyak mungkin kepada klien dalam batas-batas terapeutik
  • Ciptakan rasa percaya melalui interaksi singkat yang mengomunikasikan perhatian dan rasa hormat
  • Jelaskan setiap pengobatan, medikasi dan pemeriksaan laboratorium sebelum memulainya
  • Jangan berfokus atau memperkuat ide curiga atau waham
  • Identifikasi dan berikan respons terhadap kebutuhan emosi yang mendasari kecurigaan atau waham
  • Lakukan intervensi bila klien menunujjkan tanda-tanda peningkatan ansietas dan berpotensi mengkejspresikan perilaku yang tidak disadarinya
  • Berhati-hatilah untuk tidak berperilaku dengan cara yang dapat disalahartikan kilen
  1. Klien dengan halusinasi atau waham
  • Jangan memfokuskan perhatian pada halusinasi atau waham
  • Lakukan interupsi terhadap halusinasi klien dengan memulai interaksi satu-lawan-satu yang didasarkan pada realitas
  • Katakan bahwa Anda tidak sependapat dengan persepsi klien, tetapi validasi bahwa anda percaya bahwa halusinasi tersebut nyata bagi klien
  • Jangan berargumentasi dengan klien tentang halusinasi atau waham
  • Berikan respons terhadap perasaan yang dikomunikasikan klien pada saat ia mengalami halusinasi atau waham
  • Alihkan dan fokuskan klien pada aktivitas yang terstruktur atau tugas berbasis realitas
  • Pindahkan klien ke tempat yang lebih tenang, yang kurang menstimulasi
  • Tunggu sampai klien tidak mengalami halusinasi atau waham sebelum memulai sesi penyuluhan tentang hal itu
  • Jelaskan bahwa halusinasi atau waham adalah gejala-gejala gangguan psikiatrik
  • Katakan bahwa ansietas atau peningkatan stimulus dari lingkungan, dapat menstimulasi timbulnya halusinasi
  • Bantu klien mengendalikan halusinasinya dengan berfokus pada realitas dan minum obat sesuai resep
  • Bila halusinasi tetap ada, Bantu klien untk mengabaikannya dan tetap bertindak dengan benar walaupun terjadi halusinasi
  • Ajarkan berbagai strategi kognitif dan katakan kepada klien untuk menggunakan percakapan diri (“suara-suara itu tidak masuk akal”) dan penghentian pikiran (“saya tidak akan memikirkan tentang hal ini”)
  1. Klien dengan perilaku agitasi dan berpotensi melakukan kekerasan
  • Observasi tanda-tanda awal agitasi; lakukan intervensi sebelum ia mulai mengekpresikan perilaku yang tidak disadarinya
  • Berikan lingkungan yang aman dan tenang; kurangi stimulus ketika klien mengalami agitasi
  • Jangan membalas klien bila klien berkata kasar; gunakan nada suara yang tenang
  • Berikan ruang pribadi dan hindari kontak fisik
  • Dorong klien untuk membicarakan, dan bukan melampiaskan perasaannya
  • Tawarkan obat seperlunya kepada klien yang mengalami agitasi
  • Isolasi klien dari lingkungan sosial klien bila agitasi meningkat
  • Tetapkan batasan-batasan perilaku yang tidak dapat diterima dan secara konsisten ikuti protokol institusi untk mengambil tindakan
  • Ikuti protokol institusi untuk menghadapi klien yang mengekspresikan perilaku yang tidak disadari
  • Pastikan bahwa semua anggota staf ada di tempat pada saat berupaya meredakan kekerasan yang dilakukan klien. Bila diperlukan restrein, laukan secara aman dan dengan sikap yang tidak menghukum, ikuti protokol dan berikan lingkungan yang aman
  1. Keluarga dari klien dengan gangguan skizofrenia
  • Anjurkan setiap anggota keluarga untuk mendiskusikan perasaan dan kebutuhannya
  • Bantu keluarga mendefinisikan aturan-aturan dasar tentang menghormati privasi orang lain dan hidup bersama
  • Anjurkan setiap anggota keluarga untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas
  • Anjurkan setiap anggota keluarga untuk terlibat dalam kegiatan kelompok pendukung
  • Bantu setiap anggota keluarga untuk mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas dan menyusun rencana strategi koping yang spesifik
  • Ajarkan pada keluarga tentang penyakit skizofrenia dan penatalaksanaannya

  1. EVALUASI
  • Klien mengidentifikasikan perasaan internalnya terhadap ansietas dan menggunakan tindakan koping yang sudah dipelajarinya untuk mengurangi ansietas
  • Klien dapat menjaga hygiene dirinya
  • Klien mengikuti jadwal rutin untuk aktivitas hidup sehari-hari
  • Klien menunjukkan perilaku yang tepat dalam situasi sosial
  • Klien berkomunikasi tanpa menunjukkan pemikiran disosiasi
  • Klien membedakan antara pikiran da perasaan yang distimulasi dari dalam dirinya dan yang distimulasi dari luar
  • Klien menunjukkan berkurangnya atau terkendalinya cara berpikir magis, waham, halusinasi dan ilusi
  • Klien menunjukkan perbaikan interaksi sosial dengan orang lain
  • Klien menunjukkan afek yang sesuai dengan perasaan, pikiran, dan situasi
  • Klien menunjukkan berkurangnya perasaan curiga, negatif dan marah
  • Klien mengidentifikasi aspek-aspek positif pada dirinya
  • Anggota keluarga menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi situasi yang menimbulkan ansietas
  • Klien berpartisipasi dalam rencana pengobatan dan mau menindaklanjuti program pengobatan di komunitas
  • Klien dan keluarga menggunakan pengetahuan tentang gangguan, program pengobatan, medikasi, gejala-gejala dan penatalaksanaan krisis secara berkelanjutan.












  1. DAFTAR PUSTAKA
  1. Kaplan and Sadock, 1998, Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, (Alih bahasa): Wm. Roan, Penerbit Widya Medika, Jakarta
  2. Kelliat, Budi Ana, 1992, Ganguan Konsep Diri, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta
  3. Stuart and sundeen, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3 (Alih Bahasa), Achir Yani S, EGC, Jakarta
  4. Tim Pengembangan MPKP RS Marzuki Mahdi Bogor, 2002, Standar Operasional (SOP) Rencana Keperawatan Jiwa
  5. Townsend, Mc, 1998, Buku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri, Edisi 3 (Alih Bahasa) Novy, Helena C. Daulima, EGC, Jakarta

No comments:

Post a Comment