GANGGUAN KOGNITIF
( DEMENTIA )
SEKOLAH
TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM
TAHUN
AJARAN 2012/2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT,
karena atas rahmat-Nya yang telah
diberikan pada kami, sehingga makalah “Dementia”
ini dapat disusun dengan cermat dan dapat diselesaikan pada waktunya. Tidak
lupa pula, dalam kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih pada teman-teman yang membantu penyusunan makalah
ini dan terutama kami ucapkan terima kasih pada dosen fasilitator yang telah
memberikan kami waktu untuk menyelesaikan makalah ini agar persentasi dapat
dilakukan dengan optimal
nantinya.
Kami penyusun, menyadari bahwa penulisan makalah
ini tidak jauh dari kesalahan serta kekurangan, dan kami akan berusaha
memperbaikinya untuk proses pembelajaran kami. Dan tentunya, kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun, agar kami dapat memperbaiki kekurangan dan dapat
lebih baik dalam menyusun makalah selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah yang kami susun dapat
dimanfaatkan dengan optimal untuk menunjang kemandirian mahasiswa dalam proses
pembelajaran.
Mataram ,27 Mei 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peningkatan dengan jumlah orang yang mencapai usia tua telah
menjadi masalah besar bagi pelayanan psikiatri. Lebih banyak orang hidup sampai
tua, dimana mereka berisiko untuk demensia serta lebih sedikit orang muda ada
untuk merawatnya. Proses penuaan secara normal membawa perubahan mental maupun
fisik. Penurunan intelektual mulai terlihat pada dewasa muda, dan semakin jelas
pada usia tua. Kesulitan mengingat berbentuk lambatnya dan buruknya daya ingat,
lupa senilis yang ringan biasanya lupa nama atau hal lain yang relative tidak
penting. Penuaan juga melibatkan perubahan sosial dan psikologi.
Penuaan fisik dan pensiun dari pekerjaan menimbulkan
penarikan diri bertahap dari masyarakat sejalan dengan itu terjadi penyempitan
minat dan pandangan ketakmampuan menerima pemikiran baru, kecenderungan
memikirkan hal yang lampau dan mempunyai pandangan konservatif.peruabahan ini
semakin cepat pada orang tua yang menderita penyakit mental. Penyakit mental
pada orang tua sangat bervariasi, maka terjadilah masalah besar, seperti
masalah social dan ekonomi maupun medis yang muncul akibat demensia senilis dan
demensia multi infark.penyakit ini sering terjadi bahkan meningkat karena
populasi orang tua bertambah dan tidak tersedianya tindakan pencegahan atau
pengobatan. Banyak orang tua yang menderita demensia juga menderita penyakit
fisik penyerta lain. Lanjut usia atau lansia identik dengan demensia atau pikun
dan perlu diketahui bahwa pikun bukanlah hal yang normal pada proses penuaan.
Lansia dapat hidup normal tanpa mengalami berbagai gangguan memori dan
perubahan tingkah laku seperti yang dialami oleh lansia dengan demensia.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis dari demensia?
2.
Bagaimana asuhan keperawatan dari demensia?
B.
Tujuan
Berangkat dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan
penulisan ini adalah untuk:
1.
Tujuan Umum
a.
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan
demensia.
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui konsep medis dari demensia
b.
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari demensia
D.
Manfaat
1.
Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan
demensia.
2.
Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan yang benar sehingga dapat
menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai
gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran.Demensia adalah gangguan
kronis dengan awitan lambat dan biasanya berprognosis buruk. Demensia adalah
keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya
pikir dan kemampuan kemampun tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi
kehidupan sehari-hari.Demensia dikenal sebagai keadaan organik kronika atau
sindroma otak kronika atau kegagalan otak.
B.
Epidemiologi
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia
lanjut diatas 60 tahun adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15
juta). peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan
meningkatnya harapan hidup suatu populasi . Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70
tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai
lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5
–1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3
– 4 juta orang.
Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan
Demensia Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di
negara maju Amerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua
sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina
demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer.
C.
Etiologi
Demensia
disebabkan oleh :
a. Kondisi
akut yang tidak diobati atau tidak dapat disembuhkan, bila kondisi akut yang
menyebabkan delirium atau tidak dapat diobati, terdapat kemungkinan bahwa
kondisi ini akan menjadi kronik dan karenanya dapat dianggap sebagai demensia.
b.
Penyakit vaskular, seperti hipertensi, arteriosklerosis, dan ateroklerosis
dapat menyebabkan stroke.
c. Penyakit
Parkinson: demensia menyerang 40% dari pasien-pasien ini.
d. Penyakit
prion ( Protein yang terdapat dalam proses infeksi penyakit Creutzfeldt-Jakob).
e. Infeksi
human imuno defesiensi virus (HIV) dapat menyerang system saraf pusat,
menyebabkan ensefalopati HIV atau komlek demensia AIDS.
f. Gangguan
struktur jaringan otak, seperti tekanan normal hidrosefalus dan cedera akibat
trauma kepala
D.
Patofisiologi
Penyakit Alzheimer mengakibatkan sedikitnya dua per tiga
kasus demensia. Penyebab spesifik penyakit Alzheimer belum diketahui, meskipun
tampaknya genetika berperan dalam hal itu. Teori-teori lain yang pernah
popular, tetapi saat ini kurang mendukung, antara lain adalah efek toksik dari
aluminium, virus yang berkembang perlahan sehingga menimbulkan respon atau
imun, atau defisiensi biokimia. Dr. Alois Alzheimer pertama kali
mendeskripsikan dua jenis struktur abnormal yang ditemukan pada otak mayat yang
menderita penyakit Alzheimer:plak amiloid dan kekusutan neurofibril trdapat
juga penurunan neurotransmitter tertentu, terutama asetilkolin. Area otak yang
terkena penyakit Alzheimer terutama adalah korteks serebri dan hipokampus,
keduanya merupakan bagian penting dalam fungsi kognitif dan memori.
Amiloid menyebabkan rusaknya jaringan otak. Plak amiloid
berasal dari protei yang lebih besar, protein precursor amiloid (amyloid
precursor protein[APP]). Keluarga-keluarga dngan awitan dini penyakit Alzheimer
yang tampak sebagaisesuatu yang diturunkan telah menjalani penelitian, dan
beberapa diantaranya mengalami mutasi pada gen APP-nya. Mutasi genAPP lainnya
yang berkaitan dengan awitan lambat AD dan penyakit serebrovaskular juga telah
diidentifikasi. Terdapat peningkatan risiko awitan lambat penyakit Alzheimer
dengan menurunnya alel apo E4 pada kromosom 19. Simpul neurofibriler adalah
sekumpulan serat-serat sel saraf yang saling berpilin,yang disebut pasangan
filamen heliks. Peran spesifik dari simpul tersebut pada penyakit ini sedang
diteliti. Asetilkolin dan neurotransmiter merupakan zat kimia yang diperlukan
untuk mengirim pesan melewati system saraf. Deficit neurotransmiter menyebabkan
pemecahan proses komunikasi yang kompleks di antara sel-sel pada system saraf.
Tau dalah protein dalam cairan srebrospinal yang jumlahnya sudah meningkat
sekalipun pada penyakit Alzheimer tahap awal. Temuan-temuan yang ada menunjukan
bahwa penyakit Alzheimer dapat bermula di tingkat selular, dengan atau menjadi
penanda molecular di sel-sel tersebut.
Demensia multi-infark adalah penyebab demensia kedua yang
paling banyak terjadi. Pasien-pasien yang menderita penyakit serebrovaskular
yang seperti namanya, berkembang menjadi infark multiple di otak. Namun, tidak
semua orang yang menderita infark serebral multiple mengalami demensia. Dalam
perbandingannya dengan penderita penyakit Alzheimer, orang-orang dengan
demensia multi infark mengalami awitan penyakit yang tiba-tiba, lebih dari
sekedar deteriorasi linear pada kognisi dan fungsi, dan dapat menunjukan
beberapa perbaikan di antara peristiwa-peristiwa serebrovaskular.
E.
Klasifikasi
1.
Menurut umur:
a. Demensia senilis yaitu demensia yang terjadi
pada usia > 65 tahun.
b. Demensia prasenilis yaitu demensia yang
terjadi pada usia < 65 tahun.
2.
Menurut perjalanan penyakit:
a. Reversibel
b. Irreversibel ( normal pressure hidrosefalus,
subdural hematoma, vitamin B defesiensi, hipotiroidisme, intoksikasi PB).
3.
Menurut kerusakan struktur otak:
a. Demensia tipe Alzheimer
Alzheimer adalah penurunan konsentrasi asetilkolin dan kolin
asetil transferase didalam otak dan merupakan penyakit degenerative akibat
kematian sel-sel otak dan umumnya menyebabkan kemunduran fungsi intelektual
atau kognitif, yang meliputi kemunduran daya mengingat dan proses
berfikir.prilaku yang dialami demensia ini adalah mudah lupa atau pikun.
Walaupun pennyebab demensia tipe Alzheimer belum diketahui secara pasti,
beberapa penelitian telah menyatakan bahwa sebanyak 40 % pasien mempunyai
riwayat keluarga menderita demensia tipe Alzheimer sehingga faktor genetik
sangat dianggap berperan dalam perkembangan gangguan didalam sekurangnya
beberapa kasus.
b. Demensia non Alzheimer
c. Demensia vascular
Penyebab utama dari demensia vaskular adalah penyakit
vaskular cerebral yang multipel yang menyebabkan suatu pola gejala demensia,
yang biasanya juga disebut demensia multi infark. Demensia vascular ini sering
terjadi pada laki-laki khususnya pada mereka dengan hipertensi yang telah ada
sebelumnya atau factor resiko kardiovaskuler lainnya.
d. Demensia Jisim Lewy (Lewy Body Dementia)
e. Demensia Lobus frontal temporal
f. Demensia terkait dengan HIV-AIDS
g. Morbus Parkinson
h. Morbus Hungtington
i. Morbus Pick
j. Morbus Jakob-Creutzfeldt
k. Sindrom Gerstmann-Straussler-Scheinker
l. Prion disease
m. Palsi Supranuklear progresif
n. Multiple sklerosis
o. Neurosifilis
p. Tipe campuran
4. Menurut
sifat klinis:
a. Demensia propius
b. Pseudo-demensia
F.
Manifestasi Klinik
Secara
umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:
a. gangguan daya ingat
b. Perubahan kepribadian
c. Orientasi
d. Gangguan bahasa
e. Psikosis
f. Mudah tersinggung, bermusuhan
g. Gangguan lain: Psikiatrik, Neurologis, Reaksi
Katastropik, Sindroma Sundowner
h. Kesulitan mengatur penggunaan keuangan
i. Tidak bisa pulang kerumah jika berpergian
j. Perilaku yang inadekuat
k. Rasa takut
l. Curiga
m. Mudah tersinggung
n. Agitatif
o. Hiperaktif
p. Siaga tinggi ( hyperalet )
G.
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan penilaian menyeluruh, dengan
memperhatikan usia penderita, riwayat keluarga, awal dan perkembangan gejala
serta adanya penyakit lain (misalnya tekanan darah tinggi atau kencing manis).
1. Dilakukan
pemeriksaan kimia darah standar. Pemeriksaan CT scan dan MRI dimaksudkan untuk
menentukan adanya tumor, hidrosefalus atau stroke.
2. Otopsi
otak, yang menunjukkan banyaknya sel saraf yang hilang. Sel yang tersisa tampak
semrawut dan di seluruh jaringan otak tersebar plak yang terdiri dari amiloid
(sejenis protein abnormal).
3. Metode
diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini adalah pemeriksaan
pungsi lumbal dan PET (positron emission tomography), yang merupakan pemerisaan
skening otak khusus.
4. Antibodi: kadar
cukup tinggi (abnormal)
5. JDL, RPR,
Eletrolit, Pemeriksaan tiroid: dapat menentukan dan menghilangkan disfungsi
yang dapat di obati/kambuh kembali, seperti proses penyakit metabolic,
ketidakseimbangan cairan dan eletrolit, neurosifilis
6. B12: dapat
menentukan secara nyata adanya kekurangan nutrisi
7. Tes deksamentason
depresan (DST): utnuk menangani depresi
8. EKG:
mungkin tanpak normal, perlu untuk menentukan adanya insufisiensi jantung
9. EEG:
mungkin normal atau memperlihatkan beberapa gelombang (membantu dalam
menciptakan kelainan kotak yang masih dapat diatasi)
10. Sinar X tengkorak:
biasanya normal
11. Tes penglihatan atau
pendengaran: untuk menemukan adanya penurunan (kehilangan) yang mungkin
disebabkan oleh/kontribusi pada disorientasi, alam perasaan yang melayang,
perubahan persepsi sensori (salah satu dari gangguan kognitif)
12. Scans otak, seperti
PET, BEAM, MRI: dapat memperlihatkan daerah otak yang mengalami penurunan
metabolism yang merupakan karakteristik dari DAT.
13. Scan CT: dapat
memperlihatkan adanya ventrikel otak yang melebar, adanya atrofik kortikal
14. CCS: munculnya
protein abnormal dari sel otak sekitar 90% merupakan indikasi adanya DAT.
H.
Penatalaksanaan
1.
Cholinergic-enhancing agents
Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak
dilakukan penelitian. Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil
yang lumayan pada beberapa penderita; namun demikian secara keseluruhan tidak
menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa
demensia alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh defisiensi kolinergik;
demensia ini juga disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter lainnya.
Sementara itu, kombinasi kolinergik dan noradrenergic ternyata bersifat
kompleks; pemberian obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi
yang mengganggu sistem kardiovaskular.
2.
Cholinedan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia
Alzheimer dan hipotesis tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong
peneliti untuk mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian
prekursor, cholinedan lecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi hasil
lumayan, namun demikian tidak memperlihatkan hal yang istimewa. Dengancholine
ada sedikit perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan visual. Denganlecith in
hasilnya cenderung negatif, walaupun dengan dosis yang berlebih sehingga kadar
dalam serum mencapai 120 persen dan dalam cairan serebrospinal naik sampai 58
persen.
3.
Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh
perhatian. Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan
dengan informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-organik,
pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan memperbaiki keadaan umum.
4.
Nootropic agents
Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang
sering digunakan dalam terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine
mesylate. Keduanya berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine mesylate
memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi tahanan vaskular dan
meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku, aktivitas,
dan mengurangi bingung, serta memperbaiki kognisi. Disisi lain,nicergoline
tampak bermanfaat untuk memperbaiki perasaan hati dan perilaku.
5.
Dihydropyridine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal,
L-type calcium channels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic
dihydropyridine bermanfaat untuk mengatasi kerusakan susunan saraf pusat pada
lansia. Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan fungsi kognitif yang menurun
pada lansia dan demensia jenis Alzheimer. Nimodipin memelihara sel-sel
endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa dampak hipotensif; dengan demikian
sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama yang mengidap
hipertensi esensial.
I.
Pencegahan dan Perawatan
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan
fungsi otak, seperti :
1.
Mencegah
masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat
adiktif yang berlebihan
2.
Membaca
buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
3.
Melakukan
kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
· Kegiatan
rohani & memperdalam ilmu agama.
· Tetap
berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan
minat atau hobi
4.
Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
- Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur,
jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan,
pekerjaan dan alamat.
- Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang
menyebbkan klien datang berobat (menurut klien dan atau keluarga). Gejala utama
adalah kesadaran menurun.
- Faktor predisposisi
Menemukan gangguan jiwa yang ada
sebagai dasar pembuatan diagnosis serta menentukan tingkat gangguan serta menggambarkan
struktur kepribadian yang mungkin dapat menerangkan riwayat dan perkembangan
gangguan jiwa yang terdapat. Dari gejala-gejala psikiatrik tidak dapat
diketahui etiologi penyakit badaniah itu, tetapi perlu dilakukan pemeriksaan
intern dan nerologik yang teliti. Gejala tersebut lebih ditentukan oleh keadaan
jiwa premorbidnya, mekanisme pembelaaan psikologiknya, keadaan psikososial,
sifat bantuan dari keluarga, teman dan petugas kesehatan, struktur sosial serta
ciri-ciri kebudayaan sekelilingnya. Gangguan jiwa yang psikotik atau
nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan jaringan fungsi otak. Gangguan fungsi
jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama
mengenai otak (meningoensephalitis, gangguan pembuluh darah ootak, tumur otak
dan sebagainya) atau yang terutama di luar otak atau tengkorak (tifus,
endometriasis, payah jantung, toxemia kehamilan, intoksikasi dan sebagainya).
- Pemeriksaan fisik
Kesadran yang menurun dan sesudahnya
terdapat amnesia. Tensi menurun, takikardia, febris, BB menurun karena nafsu
makan yang menurun dan tidak mau makan.
5. Psikososial
a.
Genogram Dari hasil penelitian ditemukan kembar monozigot memberi pengaruh
lebih tinggi dari kembar dizigot .
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Perubahan proses pikir
b. kemunduran daya ingat
c. Resiko jatuh
d. Resiko nutrisi/cairan kurang dari
kebutuhan tubuh
e. Penatalaksanaan regimen terapiotik
tidak efektif
3.
Intervensi
DX Perubahan Proses Pikir.
Tangal/jam
|
TUM
|
TUK
|
Intervensi
|
Klien tidak mengalami gangguan proses pikir.
|
Tuk 1.
Setelah di lakukan pertemuan selama 4X15 menit selama 6
jam, di harapakan klien dapat membina hubungan saling percaya dengan kreteria
hasil :
Klien menunjukan rasa senang ekpresi wajah bersahabat
mau berjabat tangan ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau dudk
berdampingan
Tuk 2.
Setelah dilakukan pertemuan 2X15 menit selama 6 jam
dalam 1 pekan klien mampu mengenal/berorientasi terhadap waktu orang dan
tempat dengan kreteria hasil: klien mamapu menyabutkan mana orang yang ada di
sekitarnya, klien mampu menyabutkan hari dan tempat yang di kunjunginya.
Tuk3.
Setelah dilakukan pertemuan 2X15 menit selama 6 jam
dalam 1 pekan Pasien
mampu melakukan aktiftas sehari-hari secara optimal dengan
keteria hasil pasien mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya secara mandiri.
Tuk 4.
Setelah dilakukan pertemuan 2X15 menit selama 2 hari Keluarga mampu mengorientasikan
pasien terhadap waktu, orang dan tempat dengan kriteria hasil keluarga mampu
memberi pengarakan yang tepat tentang waktu dan tempat serta orang di
sekitarnya dan keluarga mampu memberikan sikap yang terapeutuk pada klien
Tuk 5.
Setelah dilakukan pertemuan 2X15 menit selama 1 pekan
keluarga dapat Menyediakan
sarana
yang dibutuhkan pasien untuk melakukan orientasi realitas dengan
kriteria hasil: klien padat /mampu hal-hal atau sesuatu yang pernah atau
sedang di alaminya
Tuk 6.
Setelah dilakukan pertemuan 2X15 menit selama 1 pekan
keluarga mampu Membantu
pasien dalam melakukan aktiftas sehari-hari. keluarga
mampu mendampingi klien dalam beraktifitas dan membimbing klien dengan baik.
|
Tuk 1.
a.Sapa klein dengan baik verbal maupun non verbal.
b.perkenalkan diri dengan sopan
c.jelaskan tujuan pertemuan
d.jujur dan menepati janji
e. tunjukan sifat empati dan menerima klien deangan apa
adanya
f. berikan perhatian kepada klien dan perhatikan
kebutuhan dasar.
Tuk 2.
a.
Beri kesempatan bagi pasien untuk mengenal barang milik pribadinya misalnya
tempat tidur, lemari, pakaian dll.
b.
Beri kesempatan kepada pasien untuk mengenal waktu dengan menggunakan
jam besar, kalender yang mempunyai lembar perhari dengan tulisan besar.
c.
Beri kesempatan kepada pasien untuk menyebutkan namanya dan anggota
keluarga terdekat
d.
Beri kesempatan kepada klien untuk mengenal dimana dia berada.
Berikan
pujian jika pasien bila pasien dapat menjawab dengan benar
Tuk 3.
e.
Observasi kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas sehari-hari
f.
Beri kesempatan kepada pasien untuk memilih aktifitas yang dapat
dilakukannya.
g.
Bantu pasien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilihnya
h.
Beri pujian jika pasien dapat melakukan kegiatannya.
i.
Tanyakan perasaan pasien jika mampu melakukan kegiatannya.
j.
Bersama pasien membuat jadwal kegiatan sehari-hari.
Tuk 4.
a. Keluarga mampu
mengorientasikan pasien terhadap waktu, orang dan tempat
b. Diskusikan dengan
keluarga cara-cara mengorientasikan waktu, orang dan tempat
pada pasien
c. Anjurkan keluarga
untuk menyediakan jam besar, kalender dengan tulisan besar
d. Diskusikan dengan
keluarga kemampuan yang pernah dimiliki pasien
e. Anjurkan kepada
keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan yang masih dimiliki oleh pasien
f. Anjurkan keluarga
untuk memantau kegiatan sehari-hari pasien sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
g. Anjurkan keluarga
memberikan pujian jika pasien melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal kegiatan yang sudah dibuat
Tuk 5.
h. Menyediakan sarana yang dibutuhkan pasien untuk
melakukan orientasi.
i. Anjurkan
keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
Tuk 6.
j. Membantu
pasien dalam melakukan aktiftas sehari-hari.
k. Anjurkan keluarga untuk
memantu lansia melakukan kegiatan sesuai kemampuan
yang dimiliki
l. Bantu
keluarga memilih kemampuan yang dilakukan pasien saat ini
|
4.
Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi
5.
Evaluasi
a. Pasien dapat
membina hubungan saling percaya.
b. Pasien mampu mengenal/berorientasi
terhadap waktu orang dan tempat.
c. Pasien mampu meklakukan aktiftas
sehari-hari secara optimal.
d. Keluarga mampu
mengorientasikan pasien terhadap waktu, orang dan tempat.
e. Tersedianya sarana yang dibutuhkan pasien untuk
melakukan orientasi realitas.
f. Terbantunya pasien dalam melakukan aktiftas
sehari-hari.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai
gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran.Demensia adalah gangguan
kronis dengan awitan lambat dan biasanya berprognosis buruk. Demensia adalah
keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya
ingat dan daya pikir dan kemampuan kemampun tersebut menimbulkan gangguan
terhadap fungsi kehidupan sehari-hari.Demensia dikenal sebagai keadaan organik
kronika atau sindroma otak kronika atau kegagalan otak.
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia
lanjut diatas 60 tahun adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15
juta). peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan
meningkatnya harapan hidup suatu populasi . Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70
tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai
lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5
–1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3
– 4 juta orang.
Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan
Demensia Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di
negara maju Amerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua
sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina
demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer.
B.
Saran
Sebaiknya dalam
pembuatan Askep lebih sering diberikan seperti ini agar kami selaku mahasiswa
lebih proaktif dan lebih mandiri pada penemuan ilmu-ilmu keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan
dan Sadock. 1997. Sinopsis psikistri. Jakarta: Bina rupa aksara.
2. Isaacs,
Ann. 2004. Keperawatan kesehatan jiwadan psikiatrik. Jakarta: EGC.
3. Hudak,
Carolyn M. 1997. Keparawatan kritis : pendekatan holistic. Jakarta: EGC
SEKOLAH
TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM
TAHUN
AJARAN 2012/2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT,
karena atas rahmat-Nya yang telah
diberikan pada kami, sehingga makalah “Dementia”
ini dapat disusun dengan cermat dan dapat diselesaikan pada waktunya. Tidak
lupa pula, dalam kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih pada teman-teman yang membantu penyusunan makalah
ini dan terutama kami ucapkan terima kasih pada dosen fasilitator yang telah
memberikan kami waktu untuk menyelesaikan makalah ini agar persentasi dapat
dilakukan dengan optimal
nantinya.
Kami penyusun, menyadari bahwa penulisan makalah
ini tidak jauh dari kesalahan serta kekurangan, dan kami akan berusaha
memperbaikinya untuk proses pembelajaran kami. Dan tentunya, kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun, agar kami dapat memperbaiki kekurangan dan dapat
lebih baik dalam menyusun makalah selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah yang kami susun dapat
dimanfaatkan dengan optimal untuk menunjang kemandirian mahasiswa dalam proses
pembelajaran.
Mataram ,27 Mei 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peningkatan dengan jumlah orang yang mencapai usia tua telah
menjadi masalah besar bagi pelayanan psikiatri. Lebih banyak orang hidup sampai
tua, dimana mereka berisiko untuk demensia serta lebih sedikit orang muda ada
untuk merawatnya. Proses penuaan secara normal membawa perubahan mental maupun
fisik. Penurunan intelektual mulai terlihat pada dewasa muda, dan semakin jelas
pada usia tua. Kesulitan mengingat berbentuk lambatnya dan buruknya daya ingat,
lupa senilis yang ringan biasanya lupa nama atau hal lain yang relative tidak
penting. Penuaan juga melibatkan perubahan sosial dan psikologi.
Penuaan fisik dan pensiun dari pekerjaan menimbulkan
penarikan diri bertahap dari masyarakat sejalan dengan itu terjadi penyempitan
minat dan pandangan ketakmampuan menerima pemikiran baru, kecenderungan
memikirkan hal yang lampau dan mempunyai pandangan konservatif.peruabahan ini
semakin cepat pada orang tua yang menderita penyakit mental. Penyakit mental
pada orang tua sangat bervariasi, maka terjadilah masalah besar, seperti
masalah social dan ekonomi maupun medis yang muncul akibat demensia senilis dan
demensia multi infark.penyakit ini sering terjadi bahkan meningkat karena
populasi orang tua bertambah dan tidak tersedianya tindakan pencegahan atau
pengobatan. Banyak orang tua yang menderita demensia juga menderita penyakit
fisik penyerta lain. Lanjut usia atau lansia identik dengan demensia atau pikun
dan perlu diketahui bahwa pikun bukanlah hal yang normal pada proses penuaan.
Lansia dapat hidup normal tanpa mengalami berbagai gangguan memori dan
perubahan tingkah laku seperti yang dialami oleh lansia dengan demensia.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis dari demensia?
2.
Bagaimana asuhan keperawatan dari demensia?
B.
Tujuan
Berangkat dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan
penulisan ini adalah untuk:
1.
Tujuan Umum
a.
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan
demensia.
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui konsep medis dari demensia
b.
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari demensia
D.
Manfaat
1.
Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan
demensia.
2.
Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan yang benar sehingga dapat
menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai
gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran.Demensia adalah gangguan
kronis dengan awitan lambat dan biasanya berprognosis buruk. Demensia adalah
keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya
pikir dan kemampuan kemampun tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi
kehidupan sehari-hari.Demensia dikenal sebagai keadaan organik kronika atau
sindroma otak kronika atau kegagalan otak.
B.
Epidemiologi
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia
lanjut diatas 60 tahun adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15
juta). peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan
meningkatnya harapan hidup suatu populasi . Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70
tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai
lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5
–1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3
– 4 juta orang.
Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan
Demensia Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di
negara maju Amerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua
sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina
demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer.
C.
Etiologi
Demensia
disebabkan oleh :
a. Kondisi
akut yang tidak diobati atau tidak dapat disembuhkan, bila kondisi akut yang
menyebabkan delirium atau tidak dapat diobati, terdapat kemungkinan bahwa
kondisi ini akan menjadi kronik dan karenanya dapat dianggap sebagai demensia.
b.
Penyakit vaskular, seperti hipertensi, arteriosklerosis, dan ateroklerosis
dapat menyebabkan stroke.
c. Penyakit
Parkinson: demensia menyerang 40% dari pasien-pasien ini.
d. Penyakit
prion ( Protein yang terdapat dalam proses infeksi penyakit Creutzfeldt-Jakob).
e. Infeksi
human imuno defesiensi virus (HIV) dapat menyerang system saraf pusat,
menyebabkan ensefalopati HIV atau komlek demensia AIDS.
f. Gangguan
struktur jaringan otak, seperti tekanan normal hidrosefalus dan cedera akibat
trauma kepala
D.
Patofisiologi
Penyakit Alzheimer mengakibatkan sedikitnya dua per tiga
kasus demensia. Penyebab spesifik penyakit Alzheimer belum diketahui, meskipun
tampaknya genetika berperan dalam hal itu. Teori-teori lain yang pernah
popular, tetapi saat ini kurang mendukung, antara lain adalah efek toksik dari
aluminium, virus yang berkembang perlahan sehingga menimbulkan respon atau
imun, atau defisiensi biokimia. Dr. Alois Alzheimer pertama kali
mendeskripsikan dua jenis struktur abnormal yang ditemukan pada otak mayat yang
menderita penyakit Alzheimer:plak amiloid dan kekusutan neurofibril trdapat
juga penurunan neurotransmitter tertentu, terutama asetilkolin. Area otak yang
terkena penyakit Alzheimer terutama adalah korteks serebri dan hipokampus,
keduanya merupakan bagian penting dalam fungsi kognitif dan memori.
Amiloid menyebabkan rusaknya jaringan otak. Plak amiloid
berasal dari protei yang lebih besar, protein precursor amiloid (amyloid
precursor protein[APP]). Keluarga-keluarga dngan awitan dini penyakit Alzheimer
yang tampak sebagaisesuatu yang diturunkan telah menjalani penelitian, dan
beberapa diantaranya mengalami mutasi pada gen APP-nya. Mutasi genAPP lainnya
yang berkaitan dengan awitan lambat AD dan penyakit serebrovaskular juga telah
diidentifikasi. Terdapat peningkatan risiko awitan lambat penyakit Alzheimer
dengan menurunnya alel apo E4 pada kromosom 19. Simpul neurofibriler adalah
sekumpulan serat-serat sel saraf yang saling berpilin,yang disebut pasangan
filamen heliks. Peran spesifik dari simpul tersebut pada penyakit ini sedang
diteliti. Asetilkolin dan neurotransmiter merupakan zat kimia yang diperlukan
untuk mengirim pesan melewati system saraf. Deficit neurotransmiter menyebabkan
pemecahan proses komunikasi yang kompleks di antara sel-sel pada system saraf.
Tau dalah protein dalam cairan srebrospinal yang jumlahnya sudah meningkat
sekalipun pada penyakit Alzheimer tahap awal. Temuan-temuan yang ada menunjukan
bahwa penyakit Alzheimer dapat bermula di tingkat selular, dengan atau menjadi
penanda molecular di sel-sel tersebut.
Demensia multi-infark adalah penyebab demensia kedua yang
paling banyak terjadi. Pasien-pasien yang menderita penyakit serebrovaskular
yang seperti namanya, berkembang menjadi infark multiple di otak. Namun, tidak
semua orang yang menderita infark serebral multiple mengalami demensia. Dalam
perbandingannya dengan penderita penyakit Alzheimer, orang-orang dengan
demensia multi infark mengalami awitan penyakit yang tiba-tiba, lebih dari
sekedar deteriorasi linear pada kognisi dan fungsi, dan dapat menunjukan
beberapa perbaikan di antara peristiwa-peristiwa serebrovaskular.
E.
Klasifikasi
1.
Menurut umur:
a. Demensia senilis yaitu demensia yang terjadi
pada usia > 65 tahun.
b. Demensia prasenilis yaitu demensia yang
terjadi pada usia < 65 tahun.
2.
Menurut perjalanan penyakit:
a. Reversibel
b. Irreversibel ( normal pressure hidrosefalus,
subdural hematoma, vitamin B defesiensi, hipotiroidisme, intoksikasi PB).
3.
Menurut kerusakan struktur otak:
a. Demensia tipe Alzheimer
Alzheimer adalah penurunan konsentrasi asetilkolin dan kolin
asetil transferase didalam otak dan merupakan penyakit degenerative akibat
kematian sel-sel otak dan umumnya menyebabkan kemunduran fungsi intelektual
atau kognitif, yang meliputi kemunduran daya mengingat dan proses
berfikir.prilaku yang dialami demensia ini adalah mudah lupa atau pikun.
Walaupun pennyebab demensia tipe Alzheimer belum diketahui secara pasti,
beberapa penelitian telah menyatakan bahwa sebanyak 40 % pasien mempunyai
riwayat keluarga menderita demensia tipe Alzheimer sehingga faktor genetik
sangat dianggap berperan dalam perkembangan gangguan didalam sekurangnya
beberapa kasus.
b. Demensia non Alzheimer
c. Demensia vascular
Penyebab utama dari demensia vaskular adalah penyakit
vaskular cerebral yang multipel yang menyebabkan suatu pola gejala demensia,
yang biasanya juga disebut demensia multi infark. Demensia vascular ini sering
terjadi pada laki-laki khususnya pada mereka dengan hipertensi yang telah ada
sebelumnya atau factor resiko kardiovaskuler lainnya.
d. Demensia Jisim Lewy (Lewy Body Dementia)
e. Demensia Lobus frontal temporal
f. Demensia terkait dengan HIV-AIDS
g. Morbus Parkinson
h. Morbus Hungtington
i. Morbus Pick
j. Morbus Jakob-Creutzfeldt
k. Sindrom Gerstmann-Straussler-Scheinker
l. Prion disease
m. Palsi Supranuklear progresif
n. Multiple sklerosis
o. Neurosifilis
p. Tipe campuran
4. Menurut
sifat klinis:
a. Demensia propius
b. Pseudo-demensia
F.
Manifestasi Klinik
Secara
umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:
a. gangguan daya ingat
b. Perubahan kepribadian
c. Orientasi
d. Gangguan bahasa
e. Psikosis
f. Mudah tersinggung, bermusuhan
g. Gangguan lain: Psikiatrik, Neurologis, Reaksi
Katastropik, Sindroma Sundowner
h. Kesulitan mengatur penggunaan keuangan
i. Tidak bisa pulang kerumah jika berpergian
j. Perilaku yang inadekuat
k. Rasa takut
l. Curiga
m. Mudah tersinggung
n. Agitatif
o. Hiperaktif
p. Siaga tinggi ( hyperalet )
G.
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan penilaian menyeluruh, dengan
memperhatikan usia penderita, riwayat keluarga, awal dan perkembangan gejala
serta adanya penyakit lain (misalnya tekanan darah tinggi atau kencing manis).
1. Dilakukan
pemeriksaan kimia darah standar. Pemeriksaan CT scan dan MRI dimaksudkan untuk
menentukan adanya tumor, hidrosefalus atau stroke.
2. Otopsi
otak, yang menunjukkan banyaknya sel saraf yang hilang. Sel yang tersisa tampak
semrawut dan di seluruh jaringan otak tersebar plak yang terdiri dari amiloid
(sejenis protein abnormal).
3. Metode
diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini adalah pemeriksaan
pungsi lumbal dan PET (positron emission tomography), yang merupakan pemerisaan
skening otak khusus.
4. Antibodi: kadar
cukup tinggi (abnormal)
5. JDL, RPR,
Eletrolit, Pemeriksaan tiroid: dapat menentukan dan menghilangkan disfungsi
yang dapat di obati/kambuh kembali, seperti proses penyakit metabolic,
ketidakseimbangan cairan dan eletrolit, neurosifilis
6. B12: dapat
menentukan secara nyata adanya kekurangan nutrisi
7. Tes deksamentason
depresan (DST): utnuk menangani depresi
8. EKG:
mungkin tanpak normal, perlu untuk menentukan adanya insufisiensi jantung
9. EEG:
mungkin normal atau memperlihatkan beberapa gelombang (membantu dalam
menciptakan kelainan kotak yang masih dapat diatasi)
10. Sinar X tengkorak:
biasanya normal
11. Tes penglihatan atau
pendengaran: untuk menemukan adanya penurunan (kehilangan) yang mungkin
disebabkan oleh/kontribusi pada disorientasi, alam perasaan yang melayang,
perubahan persepsi sensori (salah satu dari gangguan kognitif)
12. Scans otak, seperti
PET, BEAM, MRI: dapat memperlihatkan daerah otak yang mengalami penurunan
metabolism yang merupakan karakteristik dari DAT.
13. Scan CT: dapat
memperlihatkan adanya ventrikel otak yang melebar, adanya atrofik kortikal
14. CCS: munculnya
protein abnormal dari sel otak sekitar 90% merupakan indikasi adanya DAT.
H.
Penatalaksanaan
1.
Cholinergic-enhancing agents
Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak
dilakukan penelitian. Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil
yang lumayan pada beberapa penderita; namun demikian secara keseluruhan tidak
menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa
demensia alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh defisiensi kolinergik;
demensia ini juga disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter lainnya.
Sementara itu, kombinasi kolinergik dan noradrenergic ternyata bersifat
kompleks; pemberian obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi
yang mengganggu sistem kardiovaskular.
2.
Cholinedan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia
Alzheimer dan hipotesis tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong
peneliti untuk mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian
prekursor, cholinedan lecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi hasil
lumayan, namun demikian tidak memperlihatkan hal yang istimewa. Dengancholine
ada sedikit perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan visual. Denganlecith in
hasilnya cenderung negatif, walaupun dengan dosis yang berlebih sehingga kadar
dalam serum mencapai 120 persen dan dalam cairan serebrospinal naik sampai 58
persen.
3.
Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh
perhatian. Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan
dengan informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-organik,
pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan memperbaiki keadaan umum.
4.
Nootropic agents
Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang
sering digunakan dalam terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine
mesylate. Keduanya berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine mesylate
memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi tahanan vaskular dan
meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku, aktivitas,
dan mengurangi bingung, serta memperbaiki kognisi. Disisi lain,nicergoline
tampak bermanfaat untuk memperbaiki perasaan hati dan perilaku.
5.
Dihydropyridine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal,
L-type calcium channels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic
dihydropyridine bermanfaat untuk mengatasi kerusakan susunan saraf pusat pada
lansia. Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan fungsi kognitif yang menurun
pada lansia dan demensia jenis Alzheimer. Nimodipin memelihara sel-sel
endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa dampak hipotensif; dengan demikian
sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama yang mengidap
hipertensi esensial.
I.
Pencegahan dan Perawatan
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan
fungsi otak, seperti :
1.
Mencegah
masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat
adiktif yang berlebihan
2.
Membaca
buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
3.
Melakukan
kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
· Kegiatan
rohani & memperdalam ilmu agama.
· Tetap
berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan
minat atau hobi
4.
Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
- Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur,
jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan,
pekerjaan dan alamat.
- Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang
menyebbkan klien datang berobat (menurut klien dan atau keluarga). Gejala utama
adalah kesadaran menurun.
- Faktor predisposisi
Menemukan gangguan jiwa yang ada
sebagai dasar pembuatan diagnosis serta menentukan tingkat gangguan serta menggambarkan
struktur kepribadian yang mungkin dapat menerangkan riwayat dan perkembangan
gangguan jiwa yang terdapat. Dari gejala-gejala psikiatrik tidak dapat
diketahui etiologi penyakit badaniah itu, tetapi perlu dilakukan pemeriksaan
intern dan nerologik yang teliti. Gejala tersebut lebih ditentukan oleh keadaan
jiwa premorbidnya, mekanisme pembelaaan psikologiknya, keadaan psikososial,
sifat bantuan dari keluarga, teman dan petugas kesehatan, struktur sosial serta
ciri-ciri kebudayaan sekelilingnya. Gangguan jiwa yang psikotik atau
nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan jaringan fungsi otak. Gangguan fungsi
jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama
mengenai otak (meningoensephalitis, gangguan pembuluh darah ootak, tumur otak
dan sebagainya) atau yang terutama di luar otak atau tengkorak (tifus,
endometriasis, payah jantung, toxemia kehamilan, intoksikasi dan sebagainya).
- Pemeriksaan fisik
Kesadran yang menurun dan sesudahnya
terdapat amnesia. Tensi menurun, takikardia, febris, BB menurun karena nafsu
makan yang menurun dan tidak mau makan.
5. Psikososial
a.
Genogram Dari hasil penelitian ditemukan kembar monozigot memberi pengaruh
lebih tinggi dari kembar dizigot .
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Perubahan proses pikir
b. kemunduran daya ingat
c. Resiko jatuh
d. Resiko nutrisi/cairan kurang dari
kebutuhan tubuh
e. Penatalaksanaan regimen terapiotik
tidak efektif
3.
Intervensi
DX Perubahan Proses Pikir.
Tangal/jam
|
TUM
|
TUK
|
Intervensi
|
Klien tidak mengalami gangguan proses pikir.
|
Tuk 1.
Setelah di lakukan pertemuan selama 4X15 menit selama 6
jam, di harapakan klien dapat membina hubungan saling percaya dengan kreteria
hasil :
Klien menunjukan rasa senang ekpresi wajah bersahabat
mau berjabat tangan ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau dudk
berdampingan
Tuk 2.
Setelah dilakukan pertemuan 2X15 menit selama 6 jam
dalam 1 pekan klien mampu mengenal/berorientasi terhadap waktu orang dan
tempat dengan kreteria hasil: klien mamapu menyabutkan mana orang yang ada di
sekitarnya, klien mampu menyabutkan hari dan tempat yang di kunjunginya.
Tuk3.
Setelah dilakukan pertemuan 2X15 menit selama 6 jam
dalam 1 pekan Pasien
mampu melakukan aktiftas sehari-hari secara optimal dengan
keteria hasil pasien mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya secara mandiri.
Tuk 4.
Setelah dilakukan pertemuan 2X15 menit selama 2 hari Keluarga mampu mengorientasikan
pasien terhadap waktu, orang dan tempat dengan kriteria hasil keluarga mampu
memberi pengarakan yang tepat tentang waktu dan tempat serta orang di
sekitarnya dan keluarga mampu memberikan sikap yang terapeutuk pada klien
Tuk 5.
Setelah dilakukan pertemuan 2X15 menit selama 1 pekan
keluarga dapat Menyediakan
sarana
yang dibutuhkan pasien untuk melakukan orientasi realitas dengan
kriteria hasil: klien padat /mampu hal-hal atau sesuatu yang pernah atau
sedang di alaminya
Tuk 6.
Setelah dilakukan pertemuan 2X15 menit selama 1 pekan
keluarga mampu Membantu
pasien dalam melakukan aktiftas sehari-hari. keluarga
mampu mendampingi klien dalam beraktifitas dan membimbing klien dengan baik.
|
Tuk 1.
a.Sapa klein dengan baik verbal maupun non verbal.
b.perkenalkan diri dengan sopan
c.jelaskan tujuan pertemuan
d.jujur dan menepati janji
e. tunjukan sifat empati dan menerima klien deangan apa
adanya
f. berikan perhatian kepada klien dan perhatikan
kebutuhan dasar.
Tuk 2.
a.
Beri kesempatan bagi pasien untuk mengenal barang milik pribadinya misalnya
tempat tidur, lemari, pakaian dll.
b.
Beri kesempatan kepada pasien untuk mengenal waktu dengan menggunakan
jam besar, kalender yang mempunyai lembar perhari dengan tulisan besar.
c.
Beri kesempatan kepada pasien untuk menyebutkan namanya dan anggota
keluarga terdekat
d.
Beri kesempatan kepada klien untuk mengenal dimana dia berada.
Berikan
pujian jika pasien bila pasien dapat menjawab dengan benar
Tuk 3.
e.
Observasi kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas sehari-hari
f.
Beri kesempatan kepada pasien untuk memilih aktifitas yang dapat
dilakukannya.
g.
Bantu pasien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilihnya
h.
Beri pujian jika pasien dapat melakukan kegiatannya.
i.
Tanyakan perasaan pasien jika mampu melakukan kegiatannya.
j.
Bersama pasien membuat jadwal kegiatan sehari-hari.
Tuk 4.
a. Keluarga mampu
mengorientasikan pasien terhadap waktu, orang dan tempat
b. Diskusikan dengan
keluarga cara-cara mengorientasikan waktu, orang dan tempat
pada pasien
c. Anjurkan keluarga
untuk menyediakan jam besar, kalender dengan tulisan besar
d. Diskusikan dengan
keluarga kemampuan yang pernah dimiliki pasien
e. Anjurkan kepada
keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan yang masih dimiliki oleh pasien
f. Anjurkan keluarga
untuk memantau kegiatan sehari-hari pasien sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
g. Anjurkan keluarga
memberikan pujian jika pasien melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal kegiatan yang sudah dibuat
Tuk 5.
h. Menyediakan sarana yang dibutuhkan pasien untuk
melakukan orientasi.
i. Anjurkan
keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
Tuk 6.
j. Membantu
pasien dalam melakukan aktiftas sehari-hari.
k. Anjurkan keluarga untuk
memantu lansia melakukan kegiatan sesuai kemampuan
yang dimiliki
l. Bantu
keluarga memilih kemampuan yang dilakukan pasien saat ini
|
4.
Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi
5.
Evaluasi
a. Pasien dapat
membina hubungan saling percaya.
b. Pasien mampu mengenal/berorientasi
terhadap waktu orang dan tempat.
c. Pasien mampu meklakukan aktiftas
sehari-hari secara optimal.
d. Keluarga mampu
mengorientasikan pasien terhadap waktu, orang dan tempat.
e. Tersedianya sarana yang dibutuhkan pasien untuk
melakukan orientasi realitas.
f. Terbantunya pasien dalam melakukan aktiftas
sehari-hari.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai
gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran.Demensia adalah gangguan
kronis dengan awitan lambat dan biasanya berprognosis buruk. Demensia adalah
keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya
ingat dan daya pikir dan kemampuan kemampun tersebut menimbulkan gangguan
terhadap fungsi kehidupan sehari-hari.Demensia dikenal sebagai keadaan organik
kronika atau sindroma otak kronika atau kegagalan otak.
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia
lanjut diatas 60 tahun adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15
juta). peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan
meningkatnya harapan hidup suatu populasi . Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70
tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai
lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5
–1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3
– 4 juta orang.
Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan
Demensia Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di
negara maju Amerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua
sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina
demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer.
B.
Saran
Sebaiknya dalam
pembuatan Askep lebih sering diberikan seperti ini agar kami selaku mahasiswa
lebih proaktif dan lebih mandiri pada penemuan ilmu-ilmu keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan
dan Sadock. 1997. Sinopsis psikistri. Jakarta: Bina rupa aksara.
2. Isaacs,
Ann. 2004. Keperawatan kesehatan jiwadan psikiatrik. Jakarta: EGC.
3. Hudak,
Carolyn M. 1997. Keparawatan kritis : pendekatan holistic. Jakarta: EGC
No comments:
Post a Comment